KH. Muhammad Danial Nafis
KH. Muhammad Danial Nafis

عَنِ النَّواسِ بنِ سَمعانِ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، عَنِ النَّبيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( البِرُّ حُسْنُ الخُلُقِ ، والإثْمُ : ما حَاكَ في نَفْسِكَ ، وكَرِهْتَ أنْ يَطَّلِعَ عليهِ النَّاسُ )) . رواهُ مسلمٌ

وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَدٍ قَالَ : أَتَيْتُ رَسُولَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، فَقَالَ : (( جِئْتَ تَسْأَلُ عَنِ البِرِّ وَالإِثْمِ ؟ )) قُلْتُ : نعَمْ ، قَالَ : (( اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ ، الِبرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ ، وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ القَلْبُ ، وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ ، وَتَردَّدَ فِي الصَّدْرِ ، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ )) حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَيْنَاهُ فِي ” مُسْنَدَي ” الإِمَامَيْنِ أَحْمَدَ وَالدَّارميِّ بِإسْنَادٍ حَسَنٍ

Dari An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Al-birr (kebajikan) adalah husnul khuluq (akhlak yang baik). Sedangkan al-itsm (dosa) adalah apa yang menggelisahkan dalam dirimu. Engkau tidak suka jika hal itu nampak di hadapan orang lain.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 2553]

Dari Wabishah bin Ma’bad radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda, ‘Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebajikan dan dosa?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebajikan itu adalah apa saja yang jiwa merasa tenang dengannya dan hati merasa tentram kepadanya, sedangkan dosa itu adalah apa saja yang mengganjal dalam hatimu dan membuatmu ragu, meskipun manusia memberi fatwa kepadamu.’” (Hadits hasan. Kami meriwayatkannya dalam dua kitab Musnad dua orang imam: Ahmad bin Hambal dan Ad-Darimi dengan sanad hasan)

Keutamaan Perawi

Sahabat Nawwas ra. termasuk ahli suffah sebagaimana Abu Hurairah ra dan Abu Dzar ra. Beliau meriwayatkan 17 hadits. Sedangkan ayahnya, Sam’an, pernah datang dan diberi doa khusus oleh Rasulullah saw.

Wabisah ra merupakan sahabat yang selalu menangis saat membaca Al-Quran. Usianya panjang, sampai 90 tahun dan tinggal di Syam. Di atas makamnya dibangun masjid Jami’

Faedah, Tanbih dan Hikmah Hadits

Kebajikan adalah amal yang terpuji, lahir dari hati yang baik, sehat dan selalu memiliki ketergantungan kepada Allah, juga akal yang sehat dan kesadaran penuh. Sebagai hamba, kita dituntut untuk selalu sadar, salah satu caranya dengan perbanyak dzikir kepada Allah agar bisa selalu mengontrol diri.

Sebagai mukmin, harusnya bergetar hati kita saat dibacakan ayat suci Al-Quran, dan bertambah ilmu dan keimanan saat membacanya. Jadi jangan hanya cepet-cepetan ketika nderes (membaca Al-Quran). Perlu juga memahami artinya. Harus terus belajar. Kita tahu obat hati ada lima, dan moco Qur’an sak maknane (membaca al-Qur’an beserta maknanya) adalah salah satunya. Karena Qur’an selain sebagai pedoman hidup ia juga hadir sebagai syifaa’ (penyembuh) dan rahmat (kasih sayang) bagi kita.

Orang baik akan selalu menebar kasih sayang pada orang lain dan lingkungannya. Al Birru (kebajikan) yang menjelma menjadi husnul khuluq (akhlak yang baik) dalam diri seseorang, merupakan kebaikan dan kebijaksanaan yang dibentuk dari ilmu, melalui proses dan pengalaman. Karena itu adab adalah cerminan ilmu yang hakiki.

Kesimpulannya, Al-Birru dilandasi oleh tiga hal:
1. Ilmu
2. Wara’ (menjaga dari yang syubhat)
3. Rahmah (menebar kasih sayang)

Adapun dosa (keburukan) dapat kita lihat saat diri merasa resah dan kita tidak ingin hal tersebut sampai diketahui orang lain.

Banyak dari kita yang membenci keburukan, tapi terkadang ada juga orang yang dengki terhadap kebaikan. Nanti akan menghampiri kita, orang orang yang berbaju agama, berbaju thoriqah namun akhlaknya jauh dari Islam. mencari keuntungan dunia dengan mengatasnamakan agama. Na’udzubillaah

Setiap hal yang baik dan buruk itu ada ukuran dan ilmunya, kembalikan semua pada sumbernya ilmu, yaitu Al-Qur’an dan al-hadits.

Jika kita merasa gelisah, galau dan hati tidak tenang, berarti ada dosa yang dilakukan. Kalau masih suka baperan, berarti hatinya tidak sehat, ketika mendengar keburukan kita dari orang lain langsung sakit hati. Harusnya introspeksi dulu, muhasabah diri. Perlu diingat bahwa kita tidak bisa memuaskan semua orang. Hidup kita bukan untuk memuaskan orang lain, tapi hanya untuk Allah. Kalau ada kesalahan, semua harus dilihat dari kacamata syariat, apakah salah dalam koridor agama?

Mintalah fatwa pada hatimu!, Abu Husain bin Nuri, saat dimintai fatwa muridnya, beliau menoleh ke kanan, ke kiri, menunduk lalu baru menjawab. Menoleh kanan dan kiri maksudnya untuk meminta pendapat malaikat, dan menunduk untuk merenungkan jawaban mana yang paling tepat. Shadr (dada) adalah tempat bertempur nya kebaikan dan keburukan. Jika ada persoalan, Tanyalah pada diri sendiri, kalau masih bingung tanyakan pada guru.

Saat taubat atau hijrah menuju kebaikan, kita akan mengalami pancaroba jiwa. Merasa was-was dan bingung. Ini salah satu bentuk gangguan syaitan. Sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat An-naas:

ٱلَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ

yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
(QS. An-Naas : 5)

Hal-hal yang perlu diingat saat bertaubat adalah:
1. Adanya penyesalan
2. Komitmen. Penegasan bahwa saya tidak akan kembali lagi kepada kemaksiatan.
3. Menjaga taubat dengan dzikir
4. Memiliki komunitas yang mengajak pada kebaikan
5. Mengharapkan rahmat Allah

Jangan terlalu menyesali dosa di masa lalu sampai membuat badan sakit dan depresi. Ini namanya was-was dalam bertaubat. Semua sudah berlalu dan kita sudah memohon ampunan Allah. Mungkin dosa ini adalah cara Allah untuk membuat kita semakin mengenal-Nya. Jika kita mau mengakui sebuah kesalahan dan memohon ampun segera kepada Allah, terkadang kesalahan itu malah menyadarkan kita dan menjadikan kita semakin dekat dengan-Nya. Dalam Al-Hikam Sidy Ibnu Atha’illah ra. dikatakan :

ربما فتح لك باب الطاعة وما فتح لك باب القبول وربما قضى عليك بالذنب فكان سبباً في الوصول

“Kerapkali Allah membuka pintu ketaatan untukmu, tetapi tidak membukakan pintu penerimaannya. Namun terkadang Dia menakdirkanmu sebuah dosa, dan itu malah menjadi wasilahmu sampai ke hadirat-Nya.”

Hapuslah was-was dalam taubatmu dengan dzikir. Jika masih belum hilang, dzikirlah dengan membayangkan guru (rabithah). Pasrah pada guru yang akan membimbing kita kepada Allah swt.

Dzikir akan menghidupkan basirah (mata batin), tapi jangan mengharapkan hal ini, supaya tidak terperdaya, terjebak dan merasa puas disitu. Tujuan kita hanya untuk Allah dan mendapatkan ridho-Nya. Janganlah memaksa masuk kepada suatu maqomat ma’rifat jika belum diizinkan. Biarkan Allah swt. Memperkenalkan dirinya kepada kita sekehendak-Nya dan atas izin dan ridho-Nya. Bukan atas keinginan kita karena merupakan bentuk su’ul adab kepada Allah.

Namun, ketika meminta fatwa kepada hati. Bagaimana cara kita tahu bahwa itu adalah jawaban hati dan bukan nafsu? Jawabannya, apakah keputusan kita membuat kita semakin was-was atau tidak? Apakah menghasilkan ketenangan? Sholat istikharah dan minta pertimbangan guru. Dalam memutuskan sesuatu hal perlu hati dan pikiran yang jernih. Dan hati akan jernih jika dibersihkan dengan dzikrullah. Dan jangan lupa untuk selalu memohon pada Allah dengan sabar dan sholat, serta patuh dengan bimbingan dan arahan guru ruhani.

Puasa di Tengah Wabah

Ambillah hikmah dari puasanya binatang ular dan ulat. Ular berpuasa ketika akan berganti kulit, namun setelah itu kulitnya masih tetap sama tak berganti warna. Sedangkan puasanya ulat adalah dengan menjadi kepompong, dia menahan nafsunya agar dapat berubah menjadi kupu-kupu yang indah dan dapat terbang bebas. Puasalah seperti puasanya ulat.

Seperti kepompong, wabah corona ini membuat kita terkurung. dikurung itu artinya berharga, burung dikurung dalam sangkar karena berharga dan agar bisa dilindungi. Dalam kehidupan ini tidak hanya terdapat satu sudut pandang. Baik buruk itu karena persepsi manusia saja , kita jangan su’udzon apalagi kepada Allah. Kita sedang dicoba apakah kita ini syukur atau kufur? apakah kita bisa tetap bersabar dan bersyukur dalam mengahadapi ujian-Nya?.

Wallahu A’lam bisshawaab

RESUME KAJIAN DHUHA KITAB ARBAIN NAWAWI BERSAMA KH. MUHAMMAD DANIAL NAFIS Hafizhahullah
(Via zoom Cloud Meeting 05. 30- 07.00 WIB Jumat-Sabtu 8-9 Ramadhan 1441 / 1-2 Mei 2020)