Brussel, Aktual.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump hanya memberi waktu Eropa waktu tiga pekan untuk menandatangani persyaratan ”penyerahan” Ukraina kepada Rusia. Hal ini diungkapkan anggota Parlemen Eropa (MEP) dari Partai Rakyat Eropa asal Finlandia, Mika Aaltola dalam pernyataannya di akun X miliknya.
”Amerika Serikat telah memberi kita waktu tiga minggu untuk menyetujui persyaratan penyerahan Ukraina. Jika tidak, AS akan menarik diri dari Eropa. Trump memprioritaskan masalah keamanan Rusia sekarang dan di masa mendatang. Biarkan mereka mengakui kekacauan mereka. Kita punya waktu tiga minggu untuk tumbuh dewasa,” tulis Aaltola.
Aaltola menilai Trump mungkin akan membuat kesepakatan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang menekan Ukraina untuk melepaskan rencananya bergabung dengan NATO, serta menyerahkan wilayah yang saat ini diduduki Rusia, yang secara efektif menyerah pada tuntutan Moskow. Padahal dalam tiga tahun invasi Rusia ke Ukraina, sudah 1/5 wilayah Ukraina yang dikuasai militer Rusia.
Dalam pernyataan panjangnya di akun X, Aaltola mengatakan, negosiasi AS-Rusia mengenai kemitraan mengenai Ukraina dan secara lebih luas berjalan cepat. ”Ada banyak agenda terbuka di Riyadh. Kepentingan Rusia terletak pada proses yang cepat dan pertemuan puncak dalam beberapa minggu, di mana masalah akan diselesaikan tanpa Ukraina,” katanya.
Namun menurut Aaltola, apakah negosiasi hanya akan menyangkut masalah perang dan perdamaian di Ukraina ? atau masalah yang lebih luas seperti pasukan AS di negara-negara anggota NATO pasca-1997? ”Ini adalah tuntutan lama Rusia, yaitu tatanan keamanan Eropa yang dipimpin oleh kekuatan besar,” tegasnya.
Apa yang harus dilakukan? Aaltola melanjutkan, hal tersebut harus dikomunikasikan secara terkoordinasi oleh Eropa di Washington. Sebab tuntutan Rusia bukanlah pertanda baik jika dipenuhi terburu-buru. ” Pertemuan cepat antara Trump dan Putin dalam beberapa minggu mendatang bukanlah pertanda baik. Itu akan mendukung daftar keinginan Rusia. Pemerintahan Trump seharusnya dibuat beristirahat sejenak,” kata Aaltola lagi.
Ia mengingatkan Trump, kalau Eropa sangat penting, dalam perdamaian apa pun. ”Amerika Serikat akan kehilangan keuntungan politik dan ekonomi yang penting dalam hubungannya dengan Eropa, dan hubungan dengan Rusia tidak akan dapat dipertahankan,” pungkas Aaltola.
Sementara itu, diketahui kalau Perdana Menteri Inggris Keir Starmer sudah mengatakan kepada Trump sebuah rencana untuk mengerahkan hingga 30 ribu tentara Eropa untuk memantau kemungkinan gencatan senjata di Ukraina.
Sedangkan, dilansir dari NBC News, dilaporkan bahwa Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth memberitahu pejabat Ukraina dalam pertemuan tertutup bahwa Washington mungkin akan mengurangi kehadiran pasukannya di Eropa secara signifikan. Laporan tersebut didasarkan pada sumber yang mengetahui diskusi pribadi antara pemerintahan Trump dan pemerintah Ukraina.
Yang jelas, beberapa hari setelah Trump dilantik sebagai presiden pada 20 Januari lalu, sumber diplomatik Eropa memberi tahu bahwa Trump berencana untuk menarik sekitar 20 ribu tentara AS dari Eropa. Selain itu, Trump ingin negara-negara anggota NATO lainnya membayar karena pasukan AS di sana merupakan ”pencegah” sehingga biaya tidak boleh ”hanya ditanggung oleh pembayar pajak Amerika.”
Trump memang telah lama mendorong anggota NATO untuk meningkatkan anggaran pertahanan mereka hingga 5 persen dari produk domestik bruto mereka, atau naik dari target 2 persen yang ditetapkan pada tahun 2014.
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain