Bahkan dengan maraknya impor singkong ini, dirinya membantah kalau itu bentuk tak ada koordinasi antara Mendag, Menteri Pertanian, dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

“Bukan. Gini-gini, impor singkong itu untuk memenuhi kebutuhan pas posisi suplai kurang. Itu yang terjadi. Saya tanya kenapa bisa impor? Saya enggak tahu. Mereka (petani) menutup kebutuhan dari kebutuhan industri. Pabrik itu tidak bisa berhenti, sehingga (jika pasokan kurang) lakukan impor,” bebernya.

Sikap Enggar yang yang terkesan menggampangkan masalah juga tatkala berbicara soal kenaikan harga-harga di awal bulan Ramadhan ini.

Dikonfirmasi harga komoditas bawang putih yang melambung tinggi, salah satunya di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Enggar menepisnya.

“Pedagang di sebelah mana? Saya cek sudah turun semua. Kalau (pedagang) di dalam, nanti saya cek lagi,” kilah Enggar.

Harga bawang putih sendiri, di beberapa pasar di pelosok Indonesia ini di awal Ramadhan ini harganya melonjak tinggi hingga Rp65 ribu per kilogram.

“Pokoknya semua harga di bulan puasa ini pasti turun,” katanya enteng.

Bahkan, dia memastikan harga minyak goreng, ayam, dan telur juga bisa dikendalikan. Cuma, dia minta kalau harga sedang naik jangan juga langsung diprotes.

“Janganlah sedikit-sedikit naik, seperti ayam langsung protes. Kasihan peternaknya. Tapi saya yakin, (kenaikan harga) tidak akan tinggi terlalu jauh. Karena apa? Ya, supply-nya begitu banyak,” pungkasnya.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka