Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Mimi Nazir menyebut 39.277 warga di provinsi tersebut menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) akibat polusi kabut asap karhutla yang semakin pekat sejak Agustus hingga awal September ini. Saat asap mulai pekat di akhir Juli, saat itu jumlah pasien yang terserang penyakit pernafasan meningkat.

Data Dinas Kesehatan Provinsi Riau menunjukkan jumlah penderita ISPA paling banyak ada di Kota Pekanbaru mencapai lebih dari 7.377 orang, di susul Kampar sekitar 4.152 orang, Siak mencapai 4.616 orang dan Kota Dumai ada 3.932 orang.

Ini belum selesai, karena Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memprakirakan musim kering belum akan berlalu hingga November. Tidak ada pula yang dapat menjamin embusan angin akan menjauhkan asap karhutla pembawa bencana itu dari masyarakat yang hidup di kota hingga pelosok provinsi yang rawan terkena kabut asap.

Sebagai pengingat, data Bank Dunia 2016 menyebutkan, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia yang terjadi dalam satu bulan yakni pada September hingga Oktober 2015 melepaskan emisi CO2 setara dengan emisi bahan bakar fosil tahunan Jepang atau India, yang menyebabkan 69 juta populasi terekspose udara tidak sehat dan membebani anggaran lebih dari 16 miliar dolar AS atau sekitar Rp232 triliun.

Perlu dicatat, jumlah tersebut 8,28 kali lipat jumlah perkiraan defisit BPJS Kesehatan selama tahun 2019 yang mencapai Rp28 triliun. Angka itupun belum memperhitungkan dampaknya terhadap kesehatan jangka panjang masyarakat ataupun keutuhan ekosistem.

Artikel ini ditulis oleh: