Untuk analisis emisi kebakaran hutan dan lahan serta dampak kesehatan berkaitan dengan skenario perubahan penggunaan lahan secara BAU, Liu bersama rekan-rekannya fokus pada apa yang akan terjadi di 2020 hingga Desember 2029. Emisi kumulatif dalam periode 10 tahun adalah 12,7 Teragram organic carbon (OC) plus black carbon (BC).
Untuk tiga kawasan reseptor tersebut, menghasilkan paparan rata-rata tertimbang polusi PM2.5 pada periode Juli hingga Oktober sebesar 6,6 mikrogram per meter kubik di Indonesia, 5,5 mikrogram per meter kubik di Malaysia, dan enam mikrogram per meter kubik di Singapura. Dan sekitar 36.000 orang dewasa diperkirakan akan terpapar lebih, yang menyebabkan kematian setiap tahunnya pada periode 2020-2029.
Dan untuk jumlah kematian tersebut, 92 persen terjadi di Indonesia, tujuh persen di Malaysia dan satu persen di Singapura.
Total kematian di kawasan regional juga sangat bervariasi berdasarkan kondisi meteorologi, mulai dari lebih kecil dari 100 hingga 80.000 kematian tahunan bergantung pada kondisi iklim dan cuaca di tahun tersebut. Paparan emisi kebakaran hutan dan lahan tersebut juga berkaitan dengan kematian 1.100 anak-anak di bawah usia lima tahun akibat infeksi saluran pernafasan bawah akut dengan 99 persen kasus dapat terjadi di Indonesia.
Sementara para peneliti, menurut Liu, telah memproyeksikan untuk dekade tersebut, dari 2020 hingga 2030, tren sosiodemografi menunjukkan bahwa angka-angka itu kemungkinan hanya merupakan perkiraan konservatif dari efek kesehatan untuk beberapa dekade berikutnya. Kondisi El Nino di suatu periode juga mempengaruhi angka-angka tersebut.
Bayi bernama Elsa Pitaloka meninggal dunia diduga terpapar kabut asap. Bayi berusia empat bulan itu meninggal dunia di Rumah Sakit Ar-Rasyid Palembang, Minggu (15/9), setelah mengalami sesak napas sejak Sabtu (14/9).
Artikel ini ditulis oleh: