Jakarta, Aktual.com – Praktisi minyak dan gas (migas), Satoto Agustono mengatakan bahwa produksi minyak yang dihasilkan dari Work Over jumlahnya bisa melebihi hasil pemboran, dan disisi lain biaya yang dikeluarkan pun terbilang cukup rendah serta kepastian untuk mendapatkan minyaknya pun jauh lebih tinggi.

“Kalau mengebor atau mengembangkan sumur baru hingga kedalaman 1500 meter, biayanya mencapai 4 hingga 5 juta US Dollar.” ujar Satoto dalam diskusi publik, Forum Keuangan.co bertema “WOWS Dan Produksi Minyak Kita”, di Jakarta, Senin (26/8).

Satoto menerangkan, Work Over Well Service (WOWS) akan selalu dibutuhkan selama minyak masih dieksploitasi. Work Over merupakan pekerjaan ulang atas sebuah sumur minyak yang telah ada, sementara Well Service adalah perawatan sumur minyak.

“Semua harus berjalan, dalam industri migas kebutuhannya dibagi bagi, antara eksplorasi, pengembangan dan WOWS masing masing berapa persen. Bisa saja kontraktor migas ditahun tertentu tidak ada aktivitas eksplorasi, tapi WOWS akan tetap dilakukan. Ibarat kita punya mobil, tetap membutuhkan perawatan rutin kan, agar mobil tetap prima.” terangnya.

Sementara dalam kesempatan lain, Direktur perusahaan riset OrmitSky, Yopi Oktavianto menyepakati pernyataan Satoto. Menurutnya, pemilihan sumur minyak yang akan dilakukan perawatan melewati beberapa persyaratan, seperti tes potensi produksi sumur. “Dan aktivitas WOWS menggunakan biaya operasional, tidak terhitung sebagai biaya investasi,” jelas Yopi.

Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), ditahun 2019 pengerjaan ulang sumur atau work over dilakukan di 969 sumur dan kegiatan well service sekitar 25.296 kegiatan. Ditahun ini, SKK Migas menargetkan pengeboran 57 sumur eksplorasi, naik lebih dari dua kali lipat dibanding realisasi tahun lalu sebanyak 21 sumur.

Tingkat produksi minyak yang tidak mampu mengimbangi konsumsi minyak nasional, membuat Indonesia mengalami defisit minyak sejak 2004. Contohnya, produksi minyak pada 2003 sebanyak 1,18 juta barel per hari namun konsumsi dalam negeri menyentuh angka 1,23 juta barel. Sehingga defisit mencapai hingga 54 ribu barel per hari.
“Dari total produksi minyak kita, saya menduga kontribusi terbesarnya berasal dari kegiatan WOWS yang mungkin mencapai hingga 80 persen. Ini tentunya mengingat eksplorasi sumur minyak baru membutuhkan waktu agar dapat berproduksi maksimal,” pungkasnya.

Laporan: Warnoto