Jakarta, Aktual.com —  Psikolog Probowatie Tjondronegoro mengatakan salah satu pemicu gangguan kejiwaan adalah perasaan sendirian dalam menghadapi problematika kehidupan.

“Berbagai masalah ini menyebabkan jiwa rapuh dan merasa sendiri dalam menghadapi problematika kehidupan,” katanya di Semarang, Sabtu (10/10), merefleksikan peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia.

Apalagi, kata dia, pribadi seseorang yang cenderung tertutup dan individual membuat makin merasa sendirian dan merasa tidak ada orang lain untuk diajak berbagi menghadapi permasalahan.

Kepala Humas Rumah Sakit (RS) St. Elisabeth Semarang itu mengingatkan pola komunikasi dalam keluarga menjadi kuncinya sehingga kehangatan dalam keluarga menjadi penting dan tidak boleh terabaikan.

“Keluarga bisa mengasah kepekaaan jika ada anggota keluarga yang mulai menunjukkan gejala-gejala, seperti susah tidur, enggan berkumpul, mudah tersinggung, dan terkesan menjauhkan diri,” katanya.

Menurut dia, gejala-gejala stres semacam itu harus dikenali untuk segera dilakukan penanganan, melalui dengan mengajak yang bersangkutan untuk berkomunikasi agar tidak merasa sendirian.

“Di tengah kesibukan orang tua dalam bekerja dan tugas anak-anak untuk bersekolah, sebaiknya tetap luangkan waktu untuk berinteraksi dalam keluarga agar tercipta kehangatan dan kasih sayang,” katanya.

Untuk gangguan kejiwaan yang bersifat ringan, menurut Probowatie, sebenarnya bisa diatasi untuk mencegah menjadi gejala berat, seperti depresi yang memang harus dirujuk ke RS jiwa.

Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan dan Kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Tengah Djoko Mardiyanto memandang perlu kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga menangani permasalahan kesehatan jiwa.

“Upaya pencegahan bagaimanapun selalu lebih baik, yakni dimulai dari keluarga sebagai unit atau entitas terkecil agar gejala-gejala gangguan jiwa yang muncul tidak berlanjut gejala berat,” katanya.

Stres, kata dia, merupakan salah satu penyebab gangguan jiwa meski pada kadar tertentu bisa dikendalikan secara baik, salah satunya dengan rasa kebersamaan dan kehangatan dalam keluarga.

“Sejak anak-anak, sebenarnya perlu diajari cara mengatasi stres. Tujuannya agar ketika dewasa kelak bisa mengelola stres dengan baik. Jangan kemudian mengambil alih kesulitan anak,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan