Bukit kukus (Foto: Istimewa)
Bukit kukus (Foto: Istimewa)

Bangka Barat, Aktual.com – Belasan organisasi mendeklarasikan bersatu padu dalam menghadapi invasi pengusaha tambang di wilayah Bangka Barat, Bangka Belitung. Belasan organisasi dari lintas bidang ini mendeklarasikan berdirinya Jaringan Peduli Bukit Kukus (JPBK).

Deklarasi ini secara resmi dilakukan di Bukit Kukus, Bangka Barat, Bangka Belitung, Sabtu (6/5) lalu. Salah satu peserta deklarasi JPBK, Ary Irawan menyatakan bahwa deklarasi ini dilakukan sebagai bentuk nyata organisasi-organisasi lintas bidang terhadap ancaman tambang granit di Bukit Kukus oleh PT. Lotus SG Harmonis.

Menurut Ary, masyarakat sekitar bukit kukus membutuhkan dukungan langsung untuk menghindari kerusakan lingkungan dan ekosistem bukit tersebut dari rencana pelaksanaan tambang granit. JPBK sendiri berdiri sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat.

“Masyarakat sudah mendapatkan intimidasi dari banyak pihak. Bukit Kukus bukan hanya milik masyarakat Muntok, terlebih di sana tegakan hutannya masih rapat, habitat bagi hewan langka, sehingga kawan-kawan yang ada di luar Bangka Barat merasa harus ikut mendukung perjuangan ini,” ungkap Ary ketika dihubungi Aktual, Senin (8/5).

Masyarakat, disebut Ary, telah menjadi korban bahkan sebelum pelaksanaan tambang dimulai. Ia mengisahkan bahwa belakangan masyarakat sekitar Bukit Kukus menjadi sasaran intimidasi dari berbagai pihak.

“Sejak di intimidasi banyak pihak termasuk pemerintah, secara psikologis masyarakat sudah down,” jelasnya.

Bukit Kukus adalah bagian dari perbukitan Bukit Menumbing yang berfungsi sebagai penyangga bagi Bukit Menumbing. Dengan keberadaan hutan yang masih terjaga, lanjut Ary, Bukit Kukus dapat menjaga keseimbangan ekosistem, mencegah terganggunya siklus rantai makanan agar tidak mengusik kelangsungan hidup manusia, penyedia sumber air, penyerap karbon, penghasil oksigen, pengendali bencana, mencegah pemanasan global dan sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat yang bermukim di sekitar Bukit Kukus.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Teuku Wildan
Editor: Eka