Jakarta, Aktual.com —Ekonom Sustainable Development Indonesia (SDI), Dradjad Wibowo, mengatakan, perlu dilakukan dua pengujian dahulu untuk mengukur manfaat pengembangan Lapangan Abadi, Blok Masela di Laut Arafura, Maluku.

​Pertama, memastikan ongkos pembangunan kilang tak lebih dari estimasi yang direncanakan, yakni USD 14,8 miliar untuk di laut (offshore) dan USD 19,3 miliar di darat (onshore).

“Kalau di atas itu, semua jadi beban dia (kontraktor), bukan negara,” ujarnya dalam diskusi di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (5/3).

Tes kedua, imbuh politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini, membedah dari pengalaman Indonesia dalam membangun kilang minyak.

“Di darat, kita sudah banyak dan sering. Ada beberapa belas kilang di darat kita bangun,” bebernya.

“Kalau di laut, akan menjadi floating LNG terbesar di dunia. Kalau pertama ada di Australia. Persoalannya, ini betul-betul barang baru,” imbuh eks anggota DPR itu.

Namun, berdasarkan tes pertama, ternyata belum ada kontraktor yang bersedia menanggung beban pembangunan kilang, bila biaya riil di atas estimasi.

Bahkan, perusahaan asuransi sekali pun, juga bersikap demikian. “Siapa kalau gitu nanti yang jamin? Pasti negara lagi dan jadi beban lagi,” jelasnya.

Sementara, untuk pembangunan di darat, ucap Dradjad, akademisi ITB yang pernah diajaknya berdiskusi menyebut, ongkos pembangunan kilang bisa lebih murah.

“Mereka bilang, murah sampai USD5-6 miliar,” ungkapnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby