Jakarta, Aktual.com — Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan di kuartal II 2015 akan mengecil menjadi di bawah 2,3 persen dari Produk Domestik Bruto, atau sebesar 5 miliar dolar AS.

Defisit tersebut mengecil dan diyakini menunjukkan berjalannya reformasi struktural perekonomian Indonesia, mengingat jika dibandingkan kuartal II 2014 dan 2013, defisit transaksi berjalan saat itu masing-masing mencapai 4,2 persen dan 4,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

“Ini menunjukkan perekonomian dan transisi berjalan baik. Meskipun ada tekanan terhadap rupiah, itu lebih karena faktor eksternal,” kata Agus di Jakarta, Jumat (24/7).

Agus mengatakan turunnya defisit transaksi berjalan ini dipengaruhi perolehan surplus neraca perdagangan berturut-turut dalam beberapa bulan terakhir.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Juni 2015 meraih surplus 477 juta dolar AS. Angka tersebut sebenarnya turun dibandingkan surplus neraca perdagangan pada Mei sebesar 950 juta dolar AS. Sedangkan pada April 2015, surplus perdagangan sebesar 454 juta dolar AS.

Meskipun demikian, Agus mengakui transaksi finansial, termasuk yang menggunakan uang valuta asing (valas) di triwulan II meningkat, sehingga menyebabkan pelebaran defisit transaksi berjalan jika dibandingkan kuartal I 2015 yang sebesar 1,8 persen dari PDB.

Namun peningkatan aktivitas ekonomi yang lebih tinggi di triwulan II itu dianggap sebagai pola tahunan, Kinerja di neraca finansial juga, kata Agus, menunjukkan indikasi positif. Dia mengatakan aliran modal asing (capital inflow) dari Januari ke Juni 2015 sudah mencapai Rp67 triliun, yang menunjukkan kepercayaan yang begitu besar kepada perekonomian Indonesia.

Angka tersebut bagus, meskipun masih ada ‘outflow’ (aliran dana keluar) tapi jumlahnya jauh lebih sedikit,” ujar dia.

Dia memperkirakan aliran modal asing akan lebih gencar masuk pada semester II, sejalan dengan kebijakan-kebijakan reformasi pemerintah seperti kebijakan percepatan realisasi anggaran dan perluasan sektor yang mendapat insentif “tax holiday”.

“Kemarin kita dengar ‘tax holiday’ mau diberikan ke sektor-sektor yang bisa memberikan hilirisasi dan industri nilai tambah. Jadi ini membuktikan memang sedang ada transisi (ekonomi),” ujar dia.

Hingga akhir 2015, BI menargetkan defisit neraca transkasi berjalan dapat ditekan hingga di bawah 2,5 persen terhadap PDB.

Artikel ini ditulis oleh: