Mexico City, Aktual.com – Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan dirinya tidak akan mengucapkan selamat kepada pemenang pemilu presiden Amerika Serikat, Joe Biden, sampai gugatan hukum terhadap hasil pemungutan suara diselesaikan.
“Berkenaan dengan pemilu AS, kami akan menunggu sampai semua masalah hukum diselesaikan,” kata Lopez Obrador pada konferensi pers, Sabtu (7/11).
“Saya tidak bisa memberi selamat kepada satu calon atau yang lainnya. Saya ingin menunggu sampai proses pemilihan selesai.”
Joe Biden dari Partai Demokrat memenangi pilpres AS pada Sabtu setelah kemenangan di Pennsylvania, salah satu negara bagian yang menjadi medan persaingan ketat, membuatnya melampaui ambang 270 suara Electoral College.
Sementara itu, Presiden Donald Trump telah mengajukan gugatan hukum untuk menantang hasil pemilu.
Tetapi, pejabat pemilihan di negara bagian di seluruh negeri mengatakan tidak ada bukti penipuan yang signifikan. Para ahli hukum juga mengatakan upaya Trump itu tidak mungkin berhasil.
Presiden Meksiko mengaitkan sikapnya yang hati-hati itu dengan tuduhan penipuan yang ia layangkan sendiri dalam pencalonan dua pemilihan presiden yang ia ikuti, yaitu pada 2006 dan 2012, sebelum memenangi pencalonan ketiganya pada 2018.
Keengganannya untuk mengomentari hasil pilpres AS bertentangan dengan ucapan selamat yang diberikan kepada mantan Presiden Bolivia Evo Morales tahun lalu, meskipun oposisi mengklaim ada penipuan dalam upaya Morales untuk terpilih kembali.
Para pejabat Meksiko mengatakan keputusan Lopez Obrador itu didasarkan atas keinginannya untuk tidak memprovokasi Trump saat sang presiden AS itu masih berada di Gedung Putih.
“Bolivia tidak memiliki perbatasan 3.000 kilometer dengan Meksiko,” kata seorang pejabat tentang kontradiksi itu.
“Penting untuk memiliki kedamaian selama beberapa bulan dan hubungan bertetangga yang baik.”
Dalam sambutannya, Lopez Obrador mengatakan dia memiliki hubungan baik dengan Trump dan mantan Wakil Presiden Biden, yang dia katakan telah dia kenal selama satu dekade.
Lopez Obrador perlu menyesuaikan diri dengan Trump, yang masa jabatannya dijadwalkan berakhir pada 20 Januari.
Kepresidenan Biden dapat mengatur ulang hubungan yang telah rusak sejak Trump menyampaikan janji politik untuk menuju Gedung Putih, dengan menyebut para migran Meksiko sebagai pemerkosa dan pemasok senjata ilegal. Trump juga bersumpah untuk menjaga mereka agar tidak masuk ke AS, yaitu dengan membuat tembok perbatasan.
Di bawah kepemimpinan Trump, Meksiko harus memenuhi tuntutan mendadak untuk menghentikan migrasi ilegal atau menghadapi tarif perdagangan.
Meksiko merupakan mitra dagang utama AS. Nilai perdagangan dua arah per tahun mencapai 600 miliar dolar AS (sekitar Rp8.593 triliun rupiah).
Hubungan bilateral dengan negara tetangganya itu di utara sejauh ini adalah yang terpenting bagi Meksiko.
Namun, dengan menyetujui perintah migrasi Trump, Lopez Obrador telah berusaha keras agar kedua negara memiliki hubungan nyaman, yang sebagian besar di dalamnya Washington menghindar untuk tidak mengkritik kebijakan ekonomi sang presiden Meksiko.
“Presiden Trump sangat menghormati kami. Dan kami bersyukur dia tidak ikut campur,” ujar Lopez Obrador.(Antara)
Artikel ini ditulis oleh:
Warto'i