Jakarta, Aktual.com — Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan Roeslani mengingatkan generasi muda bahwa bisnis apapun bisa berkembang di Indonesia mengingat negara ini memiliki populasi terbesar keempat di antara seluruh negara-negara di dunia.

“Calon pengusaha tidak perlu khawatir berbisnis apa saja, sebab semua bisnis dapat berkembang dengan baik di Indonesia. Karena jumlah penduduk di Indonesia sangat banyak, lebih dari 252 juta,” kata Rosan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (25/5).

Namun, Rosan memberi jurus agar para pengusaha muda pemula tidak salah memilih bisnis yang sesuai dengan selera anak-anak muda. Ketum Kadin mengatakan, bisnis yang cocok untuk pengusaha muda pemula adalah e-commerce, bisnis kreatif, dan ritel.

Kadin bersama Hipmi selama ini juga memperjuangkan agar bunga bunga program kredit usaha rakyat (KUR) dapat terjangkau bagi pengusaha pemula.

“Jambore ini akan mempromosikan semangat kewirausahaan di kalangan generasi muda terdidik dan produktif, yakni mahasiswa,” kata Ketum Hipmi Bahlil Lahadalia.

Ia mengatakan tema yang diangkat dalam jambore tersebut, yakni “Revolusi Mental, Jalan Tengah Membangun Entrepreneur Muda Berdaya Saing di Era MEA”.

Berdasarkan survei Hipmi, sebanyak 80 persen mahasiswa di perguruan tinggi Indonesia masih bercita-cita menjadi pekerja, belum mau menjadi pengusaha.

Padahal, lanjutnya, jumlah mahasiswa di Tanah Air terdapat sekitar empat juta orang. “Di sisi lain, lapangan kerja sektor formal dan informal sangat terbatas,” katanya.

Ketum Hipmi juga mengatakan, Indonesia perlu menciptakan lebih banyak pengusaha untuk menciptakan lebih banyak lagi lapangan kerja, meningkatkan daya beli masyarakat, serta menciptakan kepastian pendapatan.

Dia memaparkan, saat ini Indonesia baru memiliki 1,5 persen pengusaha dari sekitar 252 juta penduduk Tanah Air. Sedangkan Indonesia dinilai masih membutuhkan sekitar 1,7 juta pengusaha untuk mencapai angka dua persen.

Sedangkan di negara Asean, seperti Singapura, tercatat sebanyak 7 persen, Malaysia 5 persen, Thailand 4,5 persen, dan Vietnam 3,3 persen.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka