Dua anak mengisi jeriken dari sumber mata air di desa Sanleo, Kobalima, Malaka, NTT, Jumat (10/10). Akibat musim kemarau yang berkepanjangan warga harus mencari sumber air sejauh tiga kilometer dari desa asalnya. ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo/pd/15

Kupang, Aktual.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kupang mencatat, ada enam dari 22 kabupaten/kota di provinsi berbasis kepulauan Nusa Tenggara Timur (NTT), berpotensi mengalami kekeringan.

“Ke-enam wilayah kabupaten itu adalah Kabupaten Sikka, Kabupaten Lembata, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Belu dan Kota Kupang,” kata Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Kupang, Apolinaris Geru, Kamis (4/7).

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan, wilayah-wilayah di NTT yang berpotensi mengalami kekeringan. Hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), teridentifikasi adanya potensi kekeringan meteorologis yang tersebar di sejumlah wilayah di Indonesia, salah satunya adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Berdasarkan hasil monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) hingga tanggal 30 Juni 2019, terdapat potensi kekeringan meteorologis (iklim) di sebagian besar Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dengan kriteria panjang hingga ekstrim.

Khusus untuk wilayah NTT, kata Apolinaris, berdasarkan monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) sampai dengan dasarian 3 Juni 2019, pada umumnya mengalami HTH dengan kategori Menengah (11-20 hari) hingga kategori Sangat Panjang (31-60 hari).

Namun ada enam wilayah kabupaten ini yang sudah mengalami hari tanpa hujan (HTH) kategori ekstrem (>60 hari), kata Apolinaris Geru menjelaskan. Karena itu, wilayah-wilayah tersebut berpotensi mengalami kekeringan meteorologis, katanya menambahkan.

Artikel ini ditulis oleh: