Jakarta, Aktual.com – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei, mengatakan negara-negara ASEAN perlu terus memperkuat kerja sama dalam antisipasi dan penanggulangan bencana.

“ASEAN harus siap untuk bekerja sama dan mendukung dalam upaya-upaya membantu pemerintah dan masyarakat yang terdampak bencana,” kata Willem lewat keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa (26/4).

Menurut Willem, di antara negara ASEAN, perlu juga ditumbuhkan kerja sama pengurangan risiko bencana dan membangun ketangguhan di kawasan.

“Setiap negara mengalami tantangan untuk menghadapi multibencana dan kerentanan. ASEAN setiap saat dapat terdampak bencana,” kata dia.

Menurut laporan United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR) tahun 2010, bencana siklon merupakan bencana yang paling mematikan di kawasan ASEAN, menyebabkan kerugian bagi kehidupan masyarakat, infrastuktur, pertanian dan sebagainya.

UNISDR mencatat berbagai bencana besar terjadi di ASEAN seperti erupsi gunung api Pinatubo tahun 1991, kekeringan Vietnam 1997, tsunami Aceh 2004, gempa bumi Yogyakarta 2006, siklon Nargis 2008.

Di samping itu, UNISDR menyebutkan dalam kurun 1970-2009 kerentanan sosial terhadap bencana sangat tinggi. Artinya jika terjadi bencana, maka stabilitas sosial akan sangat terpengaruh. Masyarakat Myanmar memiliki indeks kerentanan paling tinggi dibandingkan negara-negara lain di kawasan ASEAN, kemudian diikuti oleh Indonesia dan Filipina.

Pada Selasa, delegasi negara-negara ASEAN melakukan pertemuan Manajemen Bencana Komite ASEAN (ACDM) ke-28 di Semarang. Kegiatan ini diselenggarakan BNPB sebagai bagian dari upaya mempererat kerja sama dan solidaritas di antara negara ASEAN guna mengantisipasi dan mitigasi bencana di kawasan.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara