Foto udara kerusakan akibat tsunami Selat Sunda di wilayah pesisir Pandeglang, Banten, Minggu (23/12/2018). BNPB menyatakan korban akibat tsunami yang terjadi Sabtu (22/12/2018) malam, mencapai 229 orang meninggal dunia, 408 orang hilang dan ratusan lainnya luka-luka. ANTARA FOTO/HO-Susi Air/foc.

Pandeglang, Aktual.com – Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Pandeglang menetapkan status tanggap darurat bencana gelombang tsunami selama 14 hari ke depan.

“Penetapan status tanggap darurat itu karena jumlah korban meninggal cukup banyak,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pandeglang Asep Rahmat di Pandeglang, Senin (24/12).

BPBD menetapkan status tanggap darurat diharapkan mampu menangani pascabencana tsunami dengan optimal.

Selama ini, korban tsunami yang meninggal maupun hilang belum ditemukan.

Karena itu, BPBD dan berbagai relawan, termasuk TNI dan Polri hingga kini bekerja keras untuk melakukan evakuasi dan pencarian jenazah.

Namun, pencarian mayat dan evakuasi di lokasi bencana terkendala cuaca buruk.

Sebab, dua hari terakhir ini di Perairan Selat Sunda diguyur hujan lebat disertai angin kencang.

“Kami kesulitan untuk melakukan evakuasi korban gelombang tsunami,” katanya. Menurut dia, gelombang tsunami yang melanda Perairan Selat Sunda itu, selain mengakibatkan korban meninggal dunia dan luka-luka juga menimbulkan kerusakan infrastruktur.

Saat ini, kata dia, banyak ruas jalan mengalami kerusakan, diantaranya ruas jalan Carita-Anyer dan Panimbang-Sumur terputus.

Selain itu juga bangunan sekolah, pelayanan kesehatan hingga pasar.

“Kami memfokuskan pembangunan infrastruktur itu bisa kembali berfungsi,” katanya.

Ia mengapresiasi Kementerian PUPR siap merealisasikan pembangunan infrastruktur guna menopang perekonomian masyarakat.

Bahkan, kementerian itu sudah melakukan pendataan, sehingga diharapkan secepatnya direalisasikan.

“Kami sangat membutuhkan pembangunan infrastruktur yang rusak akibat tsunami itu,” katanya.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Teuku Wildan