Ismail Banda (Istimewa)
Ismail Banda (Istimewa)

Jakarta, Aktual.com — Ketua Umum PB Al-washliyah Yusnar Yusuf mengatakan, Ismail Banda bukan hanya sekedar pendiri dan Ketua Umum Al Washliyah pertama saja. Akan tetapi bersama dengan Arsyad Thalib Lubis, Abdul Rahman Shihab dan tokoh lainnya mereka mendirikan Al Washliyah pada 30 November 1930 di Medan Sumatera Utara, dan turut serta dalam melakukan pergerakan dalam perjuangan bangsa untuk mencapai kemerdekaan.

“Data dan fakta tentang Ismail Banda perlahan sudah terkumpul. Kami bangga pernah memiliki pemimpin cerdas, amanah, bijaksana, dan disegani di dunia internasional,” ucap Yusnar melalui pesan tertulisnya yang diterima aktual.com, Minggu (15/5).

Di sisi lain, bagi negara beliau adalah Panitia Pusat Kemerdekaan RI di Kairo. Ismail Banda dan Arsyad Thalib Lubis adalah dua tokoh Al Washliyah yang memiliki kesamaan visi bagi umat.

“Beliau cerdas dalam berelasi politik dengan tokoh-tokoh negara lain. Ini menunjukkan bahwa beliau piawai berdiplomasi dengan berbagai pihak,” tambahnya.

Yusnar akan terus berupaya untuk menyisir data dan fakta serta dokumen penting di Internasional serta Nasional termasuk dari buku Diplomasi Revolusi Indonesian di Luar Negeri yang ditulis M Zein Hassan.

M Zein Hassan sendiri merupakan salah satu tokoh Panitia Pusat Pergerakan Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia di Mesir dan Arab Saudi bersama Ismail Banda dan kawan-kawan.

“Mohon doanya, agar data dan fakta ini semakin lengkap dan Ormas Islam Al Washliyah dapat mengusulkan tokoh pendiri untuk menjadi Pahlawan Nasional,” ungkap Yusnar.

Oleh karena itu, saat data dan fakta semakin banyak maka akan segera diusulkan agar Ismail Banda dan Arsyad Thalib Lubis menjadi Pahlawan Nasional kepada pemerintah Indonesia.

Menurutya Pemerintah RI pernah mengutus Muhammad Adnan menjadi Misi Haji dan Misi Diplomasi yang pertama ke Saudi Arabia bersama Sholeh Saudi, Syamsir, Ismail Banda dan kawan-kawan untuk mengadakan kontak dengan Raja Ibnu Saud dan pemimpin-pemimpin negara Islam yang sedang menjalankan ibadah haji, untuk merundingkan mendapat pengakuan Negara RI dan mengatur perjalanan haji yang pertama setelah Perang Dunia II.

Lanjut Yusnar, pihak kedutaan baru tahu setelah diberi data. Mencarinya pun lebih mudah karena makam di Teheran hanya satu lokasi saja, yaitu dibelakang Mesjid Imam Khomaini.

“Pengurus Besar Ormas Islam Al Washliyah mengucapkan terimakasih dan apresiasi kepada Pak Octavian Alimudin sebagai Dubes LBBP RI untuk Republik Islam Iran merangkap Turkmenistan, berkedudukan di Teheran dalam membantu kami,” kata Yusnar.

Menurutnya, Ismail Banda berangkat dari Bagdad Irak menuju Teheran Iran dengan pesawat Misrair bersama Dr Henry G Bennett, Presiden Oklahoma State University bersama 22 penumpang lainnya termasuk awak pesawat dalam menjalankan tugas khusus. Pesawat yang membawanya itu jatuh di wilayah 19 mil atau 10 km sebelah barat Teheran. Jatuh disebabkan Snowstorm. London encyclopedi, mencatat hal ini. Pesawat jatuh pada tanggal 22 Desember 1951.

“Pesawat Misrair yang jatuh adalah pesawat berjenis SNCASE Languedoc of Air France. Sebab juga ditulis di The Times (london), Monday 24 Dec 1951 (52192), col D, P.4. Nama-nama penumpang termasuk Ismail Banda diperoleh dari Indianapolys Star, Desember 1951,” tambahnya.

Oleh karenanya Ridwan Tanjung pernah menulis tentang Ismail Banda yang gugur di Teheran, Iran ketika menjalankan tugas negara sebagai Kuasa Usaha (perwakilan) Negara Indonesia di Afghanistan. Pesawat yang membawa beliau bersama pejabat-pejabat penting bangsa lain terjatuh dihantam badai topan di Teheran.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan