Jakarta, Aktual.com – China memperingatkan Amerika Serikat pada Selasa untuk tetap memenuhi janjinya tidak mendukung gerakan pemberontakan apa pun, menjelang kunjungan presiden baru Taiwan ke Amerika Serikat dan kemungkinan pertemuan Dalai Lama dengan Presiden Barack Obama.
Taiwan, pulau demokratik dengan swapemerintahan, dan wilayah pegunungan terpencil Tibet menjadi dua masalah politik dan diplomatik paling peka di China.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang mengatakan bahwa kedua masalah itu terlibat dalam kebijakan “Satu China”, prinsip diplomatik dasar mengacu kepada Taiwan dan Tibet sebagai bagian dari China, dengan Beijing bersikeras menuntut pemerintah asing mengakuinya.
“Saya dapat mengatakan kepada Anda bahwa dalam masalah ini, pemerintah Amerika Serikat telah mengeluarkan janji sungguh-sungguh, yaitu menjunjung kebijakan satu China,” kata Lu dalam pengarahan berita harian.
Presiden Taiwan Tsai Ing Wen akan singgah di Miami dalam perjalanannya menuju Panama, salah satu dari sedikit sekutu diplomatik negara pulau itu, untuk upacara perluasan Kanal Panama dan singgah di Los Angeles saat kembali, kata wakil menteri luar negeri Taiwan Ching Shan Hou pada Selasa.
Perjalanannya ke luar negeri dari 24 Juni hingga 2 Juli mendarang itu juga akan melakukan kunjungan kenegaraan ke negara sekutu lainnya, Paraguay, pemerintah mengatakan.
Kunjungan ke luar negeri menjadi sebuah isu sensitif bagi para pemimpin Taiwan yang telah membuat marah China sebelumnya, dikarenakan kegiatan itu dipandang untuk mendesak kedaulatannya.
China menaruh kecurigaan kepada Tsai, yang mulai menjabat pada bulan lalu, dikarenakan dia juga merupakan pemimpin Partai Progresif Demokratis (DPP) yang pro-kemerdekaan.
Lu mengatakan Amerika Serikat telah mengatakan bahwa mereka menentang kemerdekaan Taiwan.
“Kami menuntut pemerintah Amerika Serikat secara tulus memenuhi janjinya, dengan bersungguh-sungguh menangani isu yang relevan dan sejalan dengan prinsip satu China, serta tidak memberikan ruang bagi individu atau perilaku apapun yang mencoba untuk menciptakan dua China, satu China satu Taiwan, atau ingin memisahkan China,” katanya menambahkan.
Wakil menteri Taiwan Hou tidak memberikan rincian terkait siapa yang akan ditemui oleh Tsai pada saat berada di Amerika Serikat.
Terkait masalah Dalai Lama, yang Beijing cap sebagai seorang separatis yang berbahaya, lu mengatakan bahwa Amerika Serikat juga mengakui bahwa Tibet merupakan sebuah bagian yang tak terpisahkan milik China.
“Dalai Lama ke-14 seringkali menggunakan agama secara internasional terkait posisi politiknya untuk memisahkan China,” kata dia.
“Kami meminta negara atau pemerintah manapun untuk tidak memberikan dia ruang untuk melakukan kegiatan demikian dan harus tidak melakukan hal apapun yang dapat menuai penolakan dari 1,3 miliar warga China,” katanya.
Ketika mendapatkan pertanyaan apakah dia akan menemui Obama saat kunjungannya ke Washington selama tiga hari itu, pemimpin keagamaan Tibet yang diasingkan, Dalai Lama itu mengatakan kepada wartawan Reuters pada Senin bahwa itu masih “belum diputuskan, namun beberapa rekan mengatakan bahwa dia kemungkinan akan menemui saya”.
Dalai Lama mengatakan bahwa dia hanya ingin otonomi murni bagi Tibet, bukan menuntut kemerdekaan.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Nebby