Jakarta, Aktual.com – Bank Indonesia (BI) selama ini terlibat mengurusi masalah inflasi dan terlibat untuk menahan lajunya agar tak kencang. Cuma sayangnya, yang diurusi BI hanya sebatas pembentukan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan merespon dengan kebijakan moneter dalam pengendalian inflasinya.
Langkah ini, disebut ekonom dari CORE Indonesia, Akhmad Akbar Susamto, sangat disayangkan padahal lembaga sekelas BI sebagai otoritas yang besar. Mestinya, dalam rangka pengendalian inflasi itu BI juga terlibat dalam urusan yang terkait sektor riil.
“Jadi saya mau bilang, BI itu lembaga besar tapi kok kerjanya terlalu kecil. Sehingga hanya ikut mensponsori pembentukan TPID saja. Mestinya kalau serius urusi inflasi ikut mengurusi sektor riil juga,” cetus Akbar saat dihubungi, di Jakarta, Rabu (28/12).
Selama ini, kata dia, kalau urusan dengan sektor riil BI hanya berkoordinasi dengan pemerintah. Ditambah lagi dalam menjaga inflasi, BI juga malah meresponnya dengan kebijakan suku bunga.
“Padahal inflasi itu bukan hanya urusan sektor moneter, bukan sekedar suku bunga acuan. Tapi inflasi ini urusan sektor riil,” jelas dia.
Menurutnya, inflasi sebagai fenomena moneter itu tidak banyak. Karena dunia inflasi di dalam negeri ini terkait sangat kuat dengan dunia sektor riil. Terutama bagi masyarakat kecil. Mungkin bagi masyarakat yang setiap hari berurusan di Sudirman-Thamrin tak terlalu mengurusi sejtor riil.
“Tapi bagi orang kecil itu, apa mereka peduli dengan suku bunga acuan (BI 7 Days Repo Rate) mau rendah atau tinggi, mereka tidak tahu dan tak peduli sama seklai. Mereka hanya peduli, kalau punya uang belanja kalau tidak punya uang ya tidak belanja. Makanya itu sektor riil semua,” cetus Akbar.
Jadi sektor riil yang terkait inflasi itu urusannya dengan barang terkait pasokan dan permintaaannya, yaitu supply dan demand-nya. Terkait stok barangnya tersedia atau tidak. Jika barangbtak tersedia, maka harga juga akan naik. Hal-hal yang berurusan dengan sektor riil itu yak tak diurusi oleh BI.
Sehingga degan kondisi itu, kata dia, kerja BI menjadi terkesan kecil. “Karena dulu itu besar (kerjaan BI). Mereka masih aktif mengawasi perbankan semua. Nah begitu kerjaan itu dilimpahkan ke OJK (Otoritas Jasa Keuangan), maka mereka itu jadi kehabisan kerjaan. Sehingga BI ikut mengurusi inflasi,” sindir dia.
(Laporan: Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka