Jakarta, aktual.com – Perkembangan dakwah tarekat di wilayah Jakarta menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sejak tahun 2012, upaya dakwah secara struktural melalui wadah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) di Jakarta mulai menunjukkan aktivitas yang terorganisir meskipun pada awalnya hanya sedikit pihak yang terlibat aktif dalam struktur organisasi tersebut.

Organisasi Idarah Wustha Jakarta saat ini telah mengalami tiga kali pergantian kepemimpinan. Dimulai oleh KH. Wahfiudin Sakam sebagai Mudir pertama, kemudian dilanjutkan oleh KH. Muhammad Danial Nafis yang kini menjabat sebagai Rais dan berkolaborasi bersama Ustadz Irawan Santoso, SH selaku Mudir.

Saat ini, Idarah Wustha Jakarta membawahi lima Idarah Syubiyah yang tersebar di lima wilayah administratif Jakarta: Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Para pengurusnya berasal dari berbagai tarekat mu’tabarah, di antaranya TQN, Naqsyabandiyah Khalidiyah, Idrisiyah, Tijaniyah, Darqawiyah, dan Syattariyah. Keberagaman ini dipersatukan melalui barakah Nahdlatul Ulama dalam satu wadah JATMAN.

“Pentingnya ahlu tarekat berkumpul, ketika wali songo di tanah jawa awal sekali mendirikan kesultanan Demak, ini adalah berkumpulnya para mursyid,” kata Mudir Idarah Wustha JATMAN DKI Jakarta, Ust Irawan Santoso.

Ia menambahkan, “Maka berkumpulnya para mursyid kemudian mendirikan kesultanan Demak mulai dari mursyid-mursyid. Kesultanan di Nusantara itu tidak lepas dari isinya adalah tasawuf,” lanjutnya.

Dalam kesempatan yang sama, ia menyampaikan harapannya terhadap kekuatan persatuan yang terbangun.

“Ajang berkumpulnya kita pada hari ini adalah menjaga titik kemenangan bagaimana kita bisa meraih kejayaan Islam sebagaimana yang dulu pernah dirasakan oleh pendahulu kita,” ucapnya.

“Mudah-mudahan kita bisa mengumpulkan energi yang sama, bisa membangun jam’iyyah yang sama, sehingga jam’iyyah ini akan terus terjaga dan tidak tergoda dengan hal-hal yang lain,” katanya.

“Inilah tujuan kita dalam bertasawuf agar kita bisa menjayakan Islam kembali,” lanjutnya.

Sementara itu, Mudir ‘Aly Idarah ‘Aliyah JATMAN, KH. Ali Masykur Musa, menekankan pentingnya tarekat sebagai sarana spiritual menuju akhirat. “Kalau seseorang ada tujuan yang hendak diinginkan dalam suatu pulau sana, pulau akhirat, dan kita butuh kendaraan, kendaraan tercepat satu-satunya hanya bertarekat,” ujarnya.

Ia juga menanggapi pandangan miring terhadap tarekat. “Memang orang yang tidak suka dengan Islam, dipisahkan tarekat dengan kehidupan. Sehingga orang itu mengatakan tarekat itu melahirkan fatalisme, padahal kan tidak, seperti yang disampaikan Syekh Mun’iem, harus berjalan dua-duanya, harus ada syariat dan tarekat yang kuat,” jelasnya.

“Bertarekat bukan hanya sekedar badaniyah saja, melainkan mesti batiniyyah, sehingga orang yang sudah ma’rifat itu sudah memiliki rasa dalam beribadah kepada Allah Swt,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain