Ribuan buruh melakukan aksi unjuk rasa dengan melakukan long mach menuju Istana Negara, Jakarta, Sabtu (6/2/2016). Buruh menolak PHK besar-besaran yang akan dilakukan sejumlah perusahaan di Indonesia.

Jakarta, Aktual.com — Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Bersatu menilai turunnya investasi industri dari negara Jepang dan Amerika Serikat (AS) seperti Panasonic, Toshiba, Sony dan Ford sebenarnya bukanlah akibat buruknya keuangan perusahaan atau masalah upah buruh ,tetapi lebih kekecewaan para pelaku bisnis dari Jepang dan Amerika Serikat (AS) yang mulai tidak nyaman berinvestasi di Indonesia. Perusahaan Jepang dan AS menilai pemerintah tidak memberikan perlindungan terhadap produk produk mereka di Indonesia.

“Bagaimana mereka mau nyaman berinvestasi kalau Pemerintahan Jokowi yang sudah mengambil pajak dengan jumlah besar, tingginya harga tarif dasar listrik akibat kegagalan proyek PLN 10 ribu megawatt dari China,” ujar Ketua Umum FSP BUMN Arief Poyuono di Jakarta, Selasa (9/2).

Selain itu, tidak turunnya harga BBM walaupun harga minyak dunia sudah Turun drastis, serta terjadinya import produk produk elektronik dan onderdil mobil dari China yang jor joran dengan bea masuk yang murah, serta maraknya penyeludupan barang elektronik dari China menyebabkan produk produk Industri elektronik yang dihasilkan dari Industri dalam negeri tidak dapat bersaing di pasar domestik.

“Jokowi juga tidak mampu memberantas pungli, serta panjangnya waktu Dwelling Time di pelabuhan yang menyebabkan keterlambatan Eksport bagi produk produk yang dihasilkan Industri dalam negeri,” jelasnya.

Hal lain yang merupakan alasan perusahaan-perusahaan Jepang dan AS hengkang dari Indonesia disebabkan salah satunya adalah dikalahkannya JICA dalam tender proyek Kereta Api Cepat akibat adanya dugaan konspirasi busuk antara Menteri BUMN dan pihak China Corporation Railway.

“Padahal harga yang ditawarkan Jepang jauh lebih murah dan mutunya lebih baik dalam hal teknologi High Speed Railway. Mungkin akibat Corporate Culture Jepang yang tidak bisa melakukan Hanky Panky dalam dealing sebuah projek sehingga dikalahkan oleh China,” tambahnya.

Begitu juga Amerika Serikat yang sudah mulai tidak nyaman berinvestasi mulai terbukti dengan hekangnya Industri Mobil tertua di dunia Ford dari Indonesia akibat maraknya onderdil Ford yang dipalsukan marak di dalam negeri,

“Tidak hanya Ford, perusahaan Migas AS juga akan menyusul hengkang dari China akibat banyak uang palak oleh oknum elite politik dan pejabat tinggi,” jelasnya.

Deindustrialisasi, lanjutnya, sudah terjadi di Indonesia dan akan menyebabkan PHK buruh/pekerja secara besar besaran. Apalagi Industri yang tutup dan hengkang tersebut masuk katagori labor massive, artinya akan makin meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia.

“Nah kalau sudah begini, ambisi Jokowi yang bermimpi membangun infrastruktur, bukannya membuat kebijakan menyelamatkan industri Nasional yang sudah lama setle, Namun bisa menyebabkan makin turunnya pendapatan masyarakat, daya beli masyarakat serta booming pengangguran,” jelasnya.

Menurutnya, Jokowi seharusnya serius mengatasi terjadinya Deindustrialisasi, serta mencegah penyeludupan penyelundupan produk produk dari China yang merugikan negara dan Industri dalan negeri.

“Industri dari Jepang dan Amerika Serikat di dalam negeri jauh lebih menghormati hak buruh dibandingkan investasi Industri dari China yang anti Serikat Pekerja dan banyak melanggar hak hak Buruh serta banyak memperkerjakan warga Negara dari China,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka