Jakarta, Aktual.com — Institut Peradaban kembali menggelar diskusi bulanan dengan tema ‘Adakah Busana Islam?’. Diskusi tersebut sekaligus menjadi ajang silatuhrahmi di bulan Ramadan. Hal tersebut dikatakan oleh Direktur Eksekutif Institut Peradaban Prof. Dr. Salim Said, MA, MAIA.

“Seperti biasa Institut Peradaban menggelar diskusi bulanan. kali ini bertemakan ‘Adakah Busana Islam’, sehabis diskusi ini, mari kita ramah tamah berbuka puasa bersama sekaligus mempererat silaturahmi,” ujar Said saat memberikan pidato pembukaan, di Wisma Elang Laut, Jakarta, baru-baru ini.

Dalam Diskusi itu juga turut hadir para pembicara di antaranya Dekan Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Bachtiar Effendy, Ratih Sanggarwati, Model Senior Indonesia, dan Desainer ternama Taruna K Kusumayadi.

Diskusi kali ini membahas tentang bagaimana busana muslim yang baik sesuai syariat Islam. Taruna K Kusumayadi mengatakan, bahwa dalam dunia fashion, pakar fesyen menyebutnya busana muslim bukan busana Islam.

“Kita tidak pernah mengatakan bahwa ini adalah busana Islam, melainkan busana muslim,” tegas Taruna

Di kesempatan yang sama, perancang busana Muslim, Ratih menjelaskan, bahwa berbusana Muslim itu tergantung dari niat seseorang yang memakainya.

“Busana muslim itu saat ini beragam modelnya. Ketika kita ingin megenakan busana muslim kita lihat apa tujuan kita, kepada Allah SWT kah atau hanya untuk kecantikan semata,” ujar Ratih.

Taruna kembali menimpali, dirinya membuat busana muslim sesuai dengan syariat Islam.

“Saya terus terang tidak terlalu paham tentang Islam, tetapi ketika saya membuat sebuah busana muslim, tentunya saya akan mengikuti apa yang dianjurkan oleh Agama Islam seperti, tidak ketat, tidak transparan, tidak mubazir akan kain yang menjuntai ke lantai, dan tentunya menutupi aurat,” urai Taruna.

Taruna yang juga Ketua APPMI (Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia) menjelaskan, bahwa ia ingin busana muslim di Indonesia itu menjadi Kiblat di berbagai negara.

“Dalam berbusana jika kita merancang busana budaya Barat jelas kalah, seperti Zara, bebe, Marks&spencer, tetapi kita bisa bersaing dengan mendomplang popularitas busana muslim, sehingga harapan saya adalah agar busana muslim di Indonesia dapat menjadi kiblat bagi mancanegara,” kata ia menutup pembicaraan.

Artikel ini ditulis oleh: