Jakarta, Aktual.com — Globalisasi dan Digital semakin hari, semakin menjadi dua kata yang tidak terpisahkan satu dengan lainnya. Semakin global atau luas semakin menjadi digital; ataupun sebaliknya. Bagaimana kesiapan SDM Indonesia?

Umumnya, penggunaan digital berbanding lurus dengan tingkat ‘global’ nya kegiatan seseorang. Ojek-ers misalnya, yang fasih dengan Android lebih ‘global’ dalam meraih ‘tarikan’. Ataupun saat kita memesan tiket pesawat, membeli pakaian, mengajukan kredit, sampai mencari pasangan hidup dan anti galau.

Dalam dunia pekerjaan, pemakaian ‘digital’ dinilai membantu banyak dalam menyelesaikan pekerjaan, lebih efisien dan mencapai target. Katakanlah komputer yang sudah umum digunakan untuk dokumen kantor, sampai aplikasi meeting online. Atau pada tingkat manajemen seperti keterbukaan informasi yang mendorong timbulnya paradox dan interaksi multikultural.

Seperti bola salju bergulir, semakin luas ‘digital’ semakin banyak tuntutan beban pekerjaan, maka semakin banyak pula kompetensi yang diperlukan.

Bagaimana mempersiapkan SDM dalam Globalisasi Digital?

Menurut research Oxford Economics and Tower Watson, ada 4 area yang dicermati:

  1. Digital Skill; bagaimana mengerti, memakai, dan menarik manfaat dari penggunaan alat digital
  2. Agility Thinking; berfikir luas, inovatif, mencari alternatif dan menetapkan pilihan
  3. Globalisasi: bahasa, budaya, bekerja multikultural dan bekerja tanpa batas tempat
  4. Komunikasi: interaksi oral & tertulis, kolaborasi, relasi, dan saling menunjang.

SDM 1

Walau sering terdengar, hal diatas tidak semudah itu dicerna. Banyak development yang sudah teman-teman lakukan, namun hasilnya tidak berubah ataupun ada hanya sedikit sekali perbedaan. Ada pepatah “ THERE IS NOTHING NEW UNDER THE SUN”.

Isu utama adalah : KEHANDALAN dan VALIDITAS

Mari kita menelaah apa yang terjadi pada organisasi saya:

KEHANDALAN menyangkut keseriusan, metode pelaksanaan dan asesmen

  • Apakah development dilakukan sporadis?
  • Apakah training hanya pemenuhan syarat Performance Appraisal?
  • Apakah coaching dilakukan ‘saat ada masalah’saja?
  • Apakah asesmen hanya pra & post test?
  • Apakah asesmen hanya berupa pertayaan tertulis?
  • Apakah development menjadi tanggung jawab manajemen?

VALIDITAS mengenai konten dan kualitas

  • Apakah materi development dibuat berdasarkan pengalaman?
  • Apakah learning dilaksanakan dengan minim dukungan?
  • Apakah pelatihan hanya membahas ide atau benchmark?
  • Apakah simulasi dalam pelatihan bersifat umum?
  • Apakah coaching hanya sebatas briefing?
  • Apakah ada feedback dari atasan atau manajemen?

Penulis: Laurence Ivan Taruman (Country Director AAMC Training Group Indonesia)

 

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs