Jakarta, Aktual.com – Di tengah era turbulensi ekonomi yang mulai pulih, jika sebuah perusahaan mau bertahan harus dipimpin oleh CEO-CEO yang memiliki kompetensi di bidangnya.

Namun sayangnya, sejauh ini banyak perusahaan yang dipimpin oleh CEO yang tak piawai dan kompeten. Dan kenyataannya, hanya 1 dari 20 orang CEO yang berada di puncak tidak mengetahui apa pekerjaan mereka sebenarnya dan hanya sedikit yang bisa melakukan dengan baik.

“Untuk itu, diperlukan kompetensi khusus untuk menjadi pemimpin handal di sebuah perusahaan. Pasalnya, hal ini menjadi penting dalam menentukan arah perkembangan usaha demi tercapainya tujuan perusahaan itu,” ungkap Mochamad Arief, Manager Warta Ekonomi Intelligence Unit di acara Indonesia Most Admired CEO 2017, di Jakarta, dalam keterangan yang diterima, Minggu (10/12).

Menurut dia, dalam sebuah usaha rintisan teristimewa, peranan CEO sangatlah krusial. Mereka seorang pimpinan yang bertanggung jawab atas kegagalan atau kesuksesan sebuah perusahaan.

Sehingga, katanya, operasi, pemasaran, strategi, pendanaan, penciptaan budaya perusahaan, sumber daya manusia, perekrutan tenaga kerja, pemutusan hubungan kerja, penjualan, hubungan masyarakat, dan sebagainya menjadi penting. Dan semua urusan tersebut umumnya ditangani oleh seorang CEO.

“Dan Indonesia ini memiliki banyak pemimpin perusahaan yang handal, namun tidak semua pemimpin menjadi sosok idaman bagi banyak orang,” katanya.

Sosok pemimpin idaman, kata dia, karena diakui reputasi, komitmen, kerja keras, serta kepiawaiannya dalam mengelola perusahaan hingga mampu menjadikan perusahaan tersebut tumbuh dan berkembang.

“Kami berharap, agar para CEO di Indonesia terinspirasi dan termotivasi untuk meningkatkan kualitas kepemimpinannya sampai mampu membuat kinerja perusahaan yang dipimpinnya semakin berkembang,” kata dia.

Menurut dia, pihaknya menggunakan metodologi kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan menggunakan desk research untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kinerja perusahaan di tahun 2017.

Sedenga riset kuantitatif dilakukan melalui pengumpulan data secara online dengan menyebar kuesioner secara online dilakukan kepada 17.124 responden di lima kota besar, yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar dan Bandung.

“Survei online ini menggunakan riteria yaitu, leadership image, professional image, personal image, performance image, global competitiveness image, dan social image,” pungkas dia.

 

Busthomi

Artikel ini ditulis oleh: