Dan saya tidak sadar akan kesombongan, ketakjuban, dan kejelekannya, dan saya tidak tahu apakah ini adalah sesombongan hawa nafsuku ataukah bukan? Tidak ada satupun dari para guruku yang aku telah belajar kepadanya untuk memberikan pemahaman terhadap hawa nafsu, meskipun saya telah belajar kepada banyak guru.

Ketika kami (saya dan nafsu) berada dalam kebingungan dan ujian ini, tiba-tida datanglah seorang syekh yang merupakan ahli kasyf (mampu melihat batin seseorang dengan karunia Allah Swt), yang memiliki sir yang jelas dan sangat masyhur, dirinya telah diperlihatkan oleh Allah Swt akan kesombonganku, serta kebingungan dan ujianku.

Kemudian datanglah kepadaku lalu mengambil kedua keranjang dari tanganku, kemudian menaruhnya di pundakku seperti teman-temanku, yang mana mereka adalah orang-orang yang lebih mulia dan lebih baik keadaannya dari pada diriku, akan tetapi mereka tidak mempedulikan diri mereka, mereka tidak merasa sombong dan takabur.

Lalu syekh pun berkata kepadaku ketika menaruhnya kepundakku: “beginilah takaran kebaikan, agar kamu terlepas dari kesombongan”, sejak itulah pintu hatiku terbuka,dan saya mendapatkan petunjuk kebenaran, yaitu saya mengetahui mana yang ahli takabur dan mana yang ahli tawadhu’.

Mana yang ahli dalam bersungguh-sungguh dan mana yang hanya bermain-main, mana yang ahli ilmu dan mana yang orang bodoh, mana yang ahli sunnah dan mana yang ahli bid’ah, mana yang ahli ilmu dan amal dari mana yang hanya ahli ilmu tanpa amal.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid