Jakarta, Aktual.co — Presiden petahana sayap kiri Dilma Rouseff menangi pemilihan ulang Brazil pada Minggu (26/10) yang membagi ekonomi terbesar di Amerika Latin antara bagian utara yang miskin dan bagian selatan yang kaya.
Rousseff, presiden perempuan pertama Brasil, berhasil bersaing dan mengalahkan penantangnya yang merupakan simpatisan kanan-tengah Aecio Neves dengan sekitar tiga juta suara.
Dengan 99 persen suara yang telah dihitung Rouseff telah memenangkan perolehan suara sebanyak 51,52 persen dibandingkan dengan suara yang diperoleh Neves sebanyak 48,48 persen.
Rousseff juga mengungkapkan terima kasihnya di akun twitternya karena menjadi jelas dia telah menang.
Persaingan untuk memperebutkan kepemimpinan ekonomi terbesar ketujuh di dunia itu dilihat sebagai referendum semasa 12 tahun pemerintahan Partai Buruh (PT).
Partai buruh ini juga disenangi oleh massa dengan program sosial yang telah mengangkat jutaan orang dari kemiskinan, peningkatan upah dan membawa pengangguran ke rekor terendah 4,9 persen.
Tapi harapan itu memudar sejak Rousseff pertama menjabat sebagai presiden pada tahun 2010, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,5 persen pada tahun itu.
Rouseff juga telah memimpin kenaikan inflasi dan resesi tahun ini, di tengah protes terhadap korupsi, catatan pengeluaran Piala Dunia dan pendidikan publik yang buruk, kesehatan dan transportasi.
Brasil yang ‘Setara’ Neves berjanji untuk bangkitkan kembali ekonomi dengan kebijakan yang ramah pasar sementara menjaga program-program sosial Partai Buruh.
Namun pendukung Rousseff menganggap ia akan memerintah untuk kelas atas dan pandangan itu tampaknya menjadi mayoritas.
Rousseff memberikan suara nya di Porto Alegre, kota bagian selatan di mana ia dibesarkan.
“Kami memberikan suara untuk Brasil yang lebih setara dengan kesempatan yang lebih banyak,” kata Rousseff.
Pada saat pemungutan suara, Neves memberi tanda V dengan jarinya untuk kemenangan, di Belo Horizonte, di mana ia menjabat dua periode sebagai gubernur negara bagian Minas Gerais, bersikeras bahwa “perubahan telah dimulai.” Meskipun dukungan untuk kebijakan sosialnya, Rousseff juga terpukul oleh skandal korupsi, terutama skema penggelapan multi-miliar dolar yang melibatkan puluhan politisi – terutama sekutunya – di perusahaan minyak milik negara raksasa Petrobras.