Pertamina akhirnya kembali dipimpin oleh seorang Perempuan, setelah sebelumnya di periode 2009-2014 pernah dipimpin Karen Agustiawan. Walaupun di awal tahun 2017 pernah dipimpin oleh Yenni, namun statusnya hanya sebatas Plt. Kementerian BUMN pada 29 Agustus 2018 menunjuk Nicke Widyawati sebagai Dirut yang baru. Siapakah Nicke?

Sebelum ditunjuk sebagai Dirut, Nicke selama kurang lebih empat bulan menjabat sebagai Plt Dirut setelah pencopotan Elia Massa Manik. Nicke juga pernah menjabat sebagai Direktur SDM Pertamina. Dia diangkat berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-256/MBU/11/2017 tanggal 27 November 2017 tentang Pengangkatan Anggota Direksi Perseroan.

Wanita kelahiran Tasikmalaya 25 Desember 1967 ini juga sempat menjabat sebagai Plt Direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur Pertamina. Penugasan Nicke berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-39/MBU/02/2018 tanggal 13 Februari 2018.

Pertamina bukan satu-satunya perusahaan pelat merah tempat Nicke bertugas. Sebelumnya, Nicke pernah menjadi direksi di PT PLN. Nicke pernah berkarir sebagai Direktur Pengadaan Strategis 1 PLN.

Sebelum itu, Nicke juga pernah dipercaya sebagai Direktur Utama PT Mega Eltra yang merupakan kontraktor listrik di lingkungan holding PT Pupuk Sriwijaya. Lalu, juga menjadi Direktur Bisnis di PT Rekayasa Industri (Rekind) dan Vice President Corporate Strategy Unit (CSU) di perusahaan yang sama.

Gelar pendidikan terakhir yang dia peroleh adalah gelar Magister (S2) dari Universitas Padjajaran untuk Program Pendidikan Hukum Bisnis. Sebelumnya, ia menempuh pendidikan Sarjana (S1) di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan mendapatkan gelar S1-nya pada tahun 1991.

Rini Soemarno berharap Nicke bisa meningkatkan proses bisnis rantai pasok atau supply chain dari Pertamina.

“Beliau kan sudah pernah di industri rekayasa industri, banyak menerima pekerjaan sebagai kontraktor di Pertamina, pupuk dan lainnya. Kita mendorong [agar] refinery Pertamina yang tertunda itu betul-betul bisa dikerjakan,” katanya, Rabu (29/8/2018).

“Salah satunya presiden menekankan agar impor minyak bisa turun, bagaimana seharusnya bisa optimal menggunakan minyak dalam negeri.”

Rini mengatakan pada tahun depan, target Pertamina adalah menyerap seluruh produksi minyak dalam negeri untuk mengurangi impor. Untuk impor, kata dia, hanya akan dilakukan jika membutuhkan minyak dengan spesifikasi berbeda dari yang ada di dalam negeri.

“Harus ada blending, mengingat refinery kita harus ada formula yang spesifikasi minyak berbeda-beda, tapi bisa diblend. Target tahun depan minuak yang diproduksi RI bisa disreap semua oleh pertamina, sheingga kita hnya mengambil tambahan blending dari luar. Tanggung jawab Bu Nicke cukup berat,” kata Rini.

Ada Bau Politik?

Halaman berikutnya…