Dirjen Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi - foto X

Teheran, Aktual.com- Perselisihan antara Iran dengan Dirjen Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA)  Rafael Grossi semakin meruncing. Sejak Parlemen Iran mengesahkan rancangan undang-undang (RUU) membatalkan kerjasama dengan IAEA beberapa hari lalu. Namun, Grossi tetap ”memaksa” untuk menginspeksi berbagai situs nuklir Iran direspon keras pihak Iran.

Dilansir dari The Times of Israel, bahkan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi, pada Jumat (27/6) mengatakan di akun X, bahwa desakan Grossi untuk mengunjungi situs nuklir Iran yang sudah dibombardir AS adalah ”tidak ada artinya dan bahkan mungkin bermaksud jahat.”

Iran mengatakan pihaknya yakin resolusi IAEA pada 12 Juni yang menuduh Iran mengabaikan kewajiban nuklirnya berfungsi sebagai ”alasan’ untuk perang yang dilancarkan Israel pada 13 Juni dan yang berakhir dengan gencatan senjata minggu lalu.

Berbicara kepada penyiar CBS, pada Minggu (29/6), Duta Besar Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Amir Saeid Iravani membantah adanya ancaman terhadap inspektur nuklir di Iran, bersikeras bahwa mereka ”dalam kondisi aman” tetapi pekerjaan mereka ditangguhkan.

Duta Besar Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (Dubes Iran untuk PBB) Amir-Saeid Iravani pada Minggu (29/6/2025) menyatakan bahwa pengayaan uranium Iran tidak akan pernah berhenti karena hal tersebut diperbolehkan untuk tujuan energi damai berdasarkan traktat non-proliferasi senjata nuklir.

”Pengayaan (uranium) adalah hak kami, hak yang tidak dapat dicabut dan kami ingin menjalankan hak ini,” kata Iravani kepada CBS News. Namun, ia menegaskan bahwa Iran siap bernegosiasi, ”Namun, menyerah tanpa syarat bukanlah negosiasi. Itu adalah pemaksaan kebijakan kepada kami.”

Lebih lanjut, Iravani menggarisbawahi bahwa pasca agresi, situasinya tidak kondusif untuk memulai putaran negosiasi baru, dan tidak ada permintaan untuk negosiasi ataupun pertemuan dengan presiden.

Iravani juga membantah adanya ancaman dari pemerintahnya terhadap keselamatan Dirjen IAEA Rafael Grossi maupun terhadap para inspektur badan tersebut. Para inspektur IAEA saat ini berada di Iran, namun tidak memiliki akses ke fasilitas nuklir Iran. ”Tidak ada ancaman apa pun,”  ungkap Iravani.

”Mereka berada di Iran, mereka dalam kondisi aman, namun aktivitas telah ditangguhkan. Mereka tidak dapat mengakses lokasi kami. Penilaian kami adalah bahwa mereka tidak menjalankan tugas mereka,” tegas Iravani.

Sebelumnya, ancaman muncul dari sejumlah pejabat dan anggota parlemen Iran yang menyerukan penangkapan hingga eksekusi terhadap Rafael Grossi. Meskipun ancaman ini belum menjadi kebijakan resmi pemerintah Iran, pernyataan-pernyataan tersebut telah memicu kecaman keras dari komunitas internasional.

Ancaman ini muncul setelah Grossi mendesak untuk mengunjungi situs nuklir Iran yang rusak akibat serangan Israel dan AS,  untuk memasang kembali kamera pengawas di sana. Mereka beralasan bahwa permintaan tersebut menunjukkan niat jahat. ”Kami tidak akan mengizinkan IAEA memasang kamera pengawas di fasilitas nuklir kami, dan Grossi dilarang memasuki Iran,” kata Menlu Iran Abbas Araghchi.

Tidak ada yang menyebutkan ancaman mana yang dimaksud, namun surat kabar Kayhan yang sangat konservatif di Iran baru-baru ini mengklaim dokumen yang menunjukkan Grossi adalah mata-mata Israel dan harus dieksekusi.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmail Baghaei pada Senin (30/6) mengatakan RUU penghentian kerjasama Iran dengan IAEA dan sudah disetujui Dewan Wali mewajibkan pemerintah untuk menangguhkan kerja sama dengan pengawas nuklir PBB.

”Iran seharusnya tidak diharapkan untuk menerima kewajibannya berdasarkan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) ketika pengawas nuklir PBB tidak mengutuk serangan terhadap situs nuklir Iran,” kata Baghaei.

Negara NATO Kecam Ancaman Iran

Sementara itu, Prancis, Jerman, dan Inggris pada Senin (30/6) mengutuk ”ancaman” terhadap Rafael Grossi tersebut. ”Prancis, Jerman, dan Inggris mengutuk ancaman terhadap Dirjen IAEA Rafael Grossi dan menegaskan kembali dukungan penuh kami kepada badan tersebut,” kata menteri luar negeri Jean-Noel Barrot, Johann Wadephul, dan David Lammy dalam pernyataan bersama.

”Kami meminta otoritas Iran untuk menahan diri dari langkah apa pun untuk menghentikan kerja sama dengan IAEA,” kata mereka lagi.

”Kami mendesak Iran untuk segera melanjutkan kerjasama penuh sesuai dengan kewajiban yang mengikat secara hukum, dan untuk mengambil semua langkah yang diperlukan guna memastikan keselamatan dan keamanan personel IAEA.”

Sedangkan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, menyebut ancaman tersebut ”tidak dapat diterima.” Ia menegaskan bahwa Grossi harus dilindungi karena menjalankan tugas penting dalam menjaga transparansi program nuklir dunia.

(Indra Bonaparte)