Jakarta, Aktual.com —  Bank Indonesia (BI) menilai bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir hanya bersifat sementara. Pasalnya, nilai rupiah hanya “undervalued” atau dibawah nilai fundamental.

“Kami melihat pelemahan rupiah bersifat sementara. Saat ini rupiah ‘undervalued” (di bawah nilai fundamentalnya) dan dari dalam negeri sendiri saat ini rupiah sudah cukup kompetitif terhadap ekspor manufaktur dan mampu mendorong turis masuk ke Indonesia,” ujar Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara di Jakarta, Selasa (11/8).

Dirinya menilai bahwa perkembangan Rupiah juga dipengaruhi oleh pembayaran utang dan deviden secara musiman, khususnya di triwulan II. Sedangkan Bank Indonesia akan selalu memonitor perkembangan Rupiah dan terus menerus di pasar untuk menjaga volatilitas rupiah.

Terkait dengan pergerakan rupiah hari ini, menurutnya hal tersebut sebagai reaksi dari keputusan pemerintah Tiongkok melakukan depresiasi dengan melebarkan rentang mata uangnya (currency band).

“Hal itu dilakukan oleh pemerintah Tiongkok untuk mengurangi pelarian modal, meningkatkan daya saing Yuan agar mendorong ekspor dan melindungi investor dalam negeri. Saat ini mata uang Jepang, Korea, dan Eropa, yang merupakan pesaing dagang utama Tiongkok, sudah terdepresiasi cukup besar,” kata Mirza.

Di sisi lain, lanjutnya, kebijakan di Tiongkok tersebut berpengaruh terhadap seluruh mata uang regional termasuk rupiah. Hampir seluruh mata uang global melemah terhadap dolar AS.

“Pengaruh kebijakan di Tiongkok terhadap rupiah, tidak sebesar pengaruh yang terjadi pada Singapura dollar, Korean won, Taiwan dollar dan Thai bath,” ujar Mirza.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka