Kondisi instalasi sumur pengeboran panas bumi PT Geo Dipa Energi setalah terjadinya ledakan pipa di dataran tinggi Dieng Desa Karang Tengah, Batur, Banjarnegara, Jateng, Selasa (14/6). Ledakan pipa gas panas bumi yang terjadi pada Senin (13/6) mengakibatkan seorang teknisi meninggal dunia sedangkan lima lainnya mengalami luka parah dan masih dirawat di rumah sakit. ANTARA FOTO/Anis Efizudin/aww/16.

Jakarta, Aktual.com – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Inas Nasrullah mendesak Pemerintah agar meningkatkan asumsi lifting gas bumi yang diturunkan oleh pemerintah dalam asumsi RAPBN 2017. Dirinya merasa asumsi sebesar yang dipatok oleh perintah sangat rendah dan menandakan pemerintah tidak mempunyai inisiatif dan inovatif.

“Sangat disayangkan jika asumsi RAPBN 2017 lifting gas justru ditargetkan menurun oleh pemerintah, Padahal realisasi lifiting tahun 2016 sudah bagus melebihi target,” kata Inas dalam rapat dengan Kementerian ESDM di Gedung DPR, Jakarta (21/6).

Menanggapi hal itu, Kepala SKK Migas, Amin Sunaryadi menyatakan alasan diturunkannya asumsi gas bukan disebabkan oleh menurunnya produksi namun lebih disebabkan strategi karena tidak adanya pasar.

“Pasarnya tidak ada, jadi kami putuskan untuk menahan produksi,” ujar Amin.

Pemerintah sendiri menetapkan asumsi lifting gas bumi pada 2017 sebesar 1.050.000 juta BOEPD hingga 1.150.000 BOEPD.  Padahal dalam RAPBN-P saja di patok sebesar 1.150.000 BOEPD dengan realisasi hingga Mei 2016 mencapai 1.186.200 BOEPD.

Inas menimpali jika memang persoalan karena serapan pasar yang kurang, maka yang perlu dilakukan adalah meningkatkan serapat pasar, bukan malah menahan lifting.

“Jangan korbankan lifting jika pasar tidak ada. Kita harus pikirkan bersama bagaimana gas itu harus dikeluarkan pengguna gas dari dalam negeri juga masih banyak,” tambah Inas.

Dia menyarankan untuk membagun storage sebagai upaya memastikan produksi gas bumi terus ditingkatkan “Gas ini  jangan dibiarkan hilang, dari pada hilang di dalam bumi lebih baik disimpan di storage” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta
Editor: Eka