ilustrasi pertumbuhan ekonomi (ist)

Jakarta, Aktual.com – Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR, Jazilul Fawaiz menyebut, tidak elok kalau Bank Indonesia terus melakukan koreksi pertumbuhan ekonomi yang sudah ditetapkan di APBNP 2016 yang sebesar 5,2 persen.

Pasalnya, angka pertumbuhan ekonomi itu pun justru awalnya BI ikut menyetujui saat raker di Banggar dulu.

“Jadi dulu, BI itu ikut memberikan kesepakatan ketika APBNP itu diambil keputusan. Mestinya, tidak seribg dikoreksi (target pertumbuhan ekonomi),” ujar dia di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Selasa (23/8).

Kemarin, untuk kali kedua, BI mengoreksi pertumbuhan ekonomi 2016 menjadi 4,9-5,3 persen. Padahal sebelumnya, BI memproyeksikan pertumbuhan sebesar 5,2-5,6 persen. Kemudian dikoreksi menjadi 5,0-5,4.

Saat itu, kata dia, draft rancangan APBNP 2016 yang diajukan pemerintah tersebut memberikan range pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,2-5,9 persen. Kemudian disepakati menjadi 5,2 persen agar lebih realistis dan kredibel.

Nah, lanjut Jazil, dari mulai asumsi kemudian saat ini menjadi target dii APBNP 2016 senesar 5,2 persen mestinya diperjuangkan menjadi kenyataan.

“Makanya sekarang pemerintah harus bekerja dengan serius dong. Biar itu tidak hanya jadi asumsi, melainkan tetapi jadi kenyataan,” pinta dia.

Tapi di sisi lain, agar target pertumbuhan dapat tercapai, dia juga minta BI tak hanya sekadar pangkas pertumbuhan, melainkan juga ikut mengendalikan laju inflasi dan nilai tukar rupiah yang merupakan tugas utama BI.

“BI memang telah memberikan warning (ke pemerintah). Bahwa kondisi global pertumbuhannya kurang baik. Tapi BI juga harus bisa mengendalikan inflasi dan kurs. Sehingga komitmen pemerintah untuk pertumbuhan 5,2 persen itu dapat tercapai,” terang dia.

Selain itu, BI dan juga pemerintah diminta agar BI bisa ikut menggenjot daya beli masyarakat. Sehingga pertumbuhan itu tak hanya disokong oleh laju investasi tapi juga oleh konsumsi domestik atau rumah tangga.

“BI lah yang mengendalikan (inflasi). Tapi BI dan pemerintah harus bisa menjaga kemampuan masyarakat terkait daya beli,” tegas dia.

Sementara itu terkait dengan angka pertumbuhan ekonomi yang realistis, Jazil menyebut, angka 4,7-5 persen angka yang cukup realistis.

“Pada semester awal itu penyerapan pemerintah rendah. Sehingga (target pertumbuhan) ini kan semacam prognosis atau proyeksi ya. Karena yang ada sekarang itu, target pertumbuhan ekonomi itu ada di 4,7-5 persen. Itu yang realistis,” pungkas dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka