Staf Menteri Keuangan Arief Budimanta (kanan0,saat mengisi diskusi Forum Senator Untuk Rakyat, di Jakarta, Minggu (4/10/2015). Diskusi yang menyoroti kebijakan paket ekonomi pemerintahan Jokowi/JK bertamkan "Paket Ekonomi Nendang Apa?"

Jakarta, Aktual.com – Kendati pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari kebanyakan negara di dunia, namun ternyata dianggap masih belum terlalu berkualitas. Salah satunya tak bisa menciptakan peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM).

Untuk itu, menurut Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Arief Budimanta, pemerintah bisa meniru pertumbuhan ekonomi di Turki yang merupakan sama-sama negara anggota G20, tapi di Turki pertumbuhannya bisa menentukan pentingkatan IPM.

“Pada umumnya, kualitas pembangunan manusia itu berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun di Turki sebaliknya, pertumbuhan ekonomi justru memengaruhi IPM. Ini bisa dilakukan oleh Indonesia,” tandas Arief di diskusi Indef, di Gedung Brsa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (3/4).

Arief memberi contoh di tahun 2015. Berdasar data dari USDP, untuk human development index, Indonesia masih kalah dari Turki yang sudah di posisi 0,767, bahkan kalah jauh dari Malaysia yang di level 0,789.

“Kita masih di posisi 0,689. Ini jadi ‘PR’ besar dari pemerintah saat ini,” jelasnya.

Posisi IPM Indonesia yang masih kalah jauh itu, kata dia, sangat berbeda dengan pertumbuhan ekonominya. Masih di 2015, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,79 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Turki sampai kuartal I-2016 sebesar 4,8 persen.

“Tapi dari sisi IPM-nya kita kalah jauh. Karena di kita itu IPM yang menentukan pertumbuhan,” jelas dia.

Untuk itu, kata dia, pemerintaj perlu memutuskan apakah mau mengejar pertumbuhan tinggi atau pertumbuhan yang berkualitas. Karena daya saing SDM itu jadi faktor kunci agar Indoneisa bisa bertumbuh tinggi.

“Apalagi di tingkat daerah sendiri masih terjadi ketimpangan IPM. Masih sangat sedikit daerah yang IPM-nya tinggi,” pungkas Arief.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan