Arsip - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko saat menghadiri Belt and Road Conference on Science and Technology Exchange" di Chongqing, China pada pada 6 November 2023. ANTARA/Desca Lidya Natalia

Jakarta, Aktual.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tahun ini menggarap proyek ekspedisi terestrial geologi kebencanaan yang berfokus terhadap pemetaan sesar di sepanjang Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Banyuwangi.

Menurut Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, pemetaan sesar di Jawa menjadi prioritas karena pulau ini memiliki populasi yang sangat padat dibandingkan dengan pulau-pulau lain di Indonesia.

“Fokus (ekspedisi) ke Pulau Jawa karena Pulau Jawa paling padat penduduknya, sehingga secara populasi sangat rentan terhadap bencana-bencana geologi,” kata Handoko di Jakarta, Selasa (27/2).

Selain melakukan pemetaan sesar, armada kapal riset BRIN juga sedang melakukan ekspedisi untuk memetakan palung, gunung, dan bukit di bawah laut.

Handoko menyoroti bahwa gelombang tsunami yang terjadi di Banten pada 22 Desember 2018, yang disebabkan oleh longsoran bawah laut, memberikan pelajaran berharga tentang kebencanaan geologi.

Sebelumnya, orang-orang hanya mengenal tsunami akibat gempa bumi terutama pergeseran lempengan tektonik. Fenomena tsunami di pesisir Banten yang tercipta akibat longsoran ternyata juga bisa menimbulkan tsunami.

Peristiwa tersebut telah mengubah paradigma banyak pihak, terutama para ilmuwan, untuk tidak hanya memetakan sumber-sumber bencana tsunami dari sesar, tetapi juga memperhatikan potensi longsoran dari tebing-tebing di bawah laut.

“Itu pertama kali di dunia tsunami disebabkan bukan oleh gempa tektonik, khususnya pergeseran sesar,” kata Handoko.

“Kalau di negara kita yang kepulauan ini tidak cukup hanya memetakan sesar atau patahan-patahan dan seterusnya, tetapi juga memetakan potensi-potensi longsoran dari tebing-tebing di bawah laut,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Sandi Setyawan