Jakarta, Aktual.com – Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman mengharapkan, pemerintah tidak gegabah terkait program vaksinasi pandemi Covid-19 untuk masyarakat.

Menurutnya, sampai saat ini belum ada vaksin atau obat yang ampuh dan efektif mencegah virus Covid-19. Sehingga, ia meminta pemerintah harus hati-hati dalam memulai program yang wacananya akan dimulai November 2020.

“Belum ada vaksin efektif dan aman, atau obat yang definitif untuk Covid-19,” kata Dicky dalam dialog kepada PRO-3 RRI, Senin (19/10).

Lebih jauh, Dicky menegaskan, belum ada vaksin yang dinyatakan lulus uji secara ilmiah, lulus standar keamanan, dan efektivitas. Dalam banyak riset, dia mengklaim keberhasilan vaksin penyakit menular yang pernah dibuat kurang dari 40 persen.

“Jangan sampai ada hal di luar sains dalam memilih suatu vaksin. Harus lulus uji ilmiah dulu,” ucapnya.

Belajar dari pandemi swine flu, Dicky mengingatkan inisiatif banyak negara menggunakan vaksin yang belum selesai riset dan uji klinis telah menyebabkan efek samping, seperti narkolepsi, gangguan neurologis kronik akibat otak kehilangan fungsi pengaturan bangun dan tidur.

“Jadi tunggu saja vaksin yang aman,” terangnya.

Dicky memprediksi pengembangan vaksin masih berlangsung hingga tahun depan. Salah satu vaksin potensial hanya vaksin yang sedang dikembangkan oleh Universitas Oxford dengan AstraZeneca.

“Mereka optimis memang di akhir tahun ini. Tapi itu kan baru klaim. Kita harus tetap melihat hasil riset itu,” tuturnya.

Dicky menambahkan pemerintah juga perlu meningkatkan pengetesan, pelacakan, dan pengobatan di tengah pandemi Covid-19. Dia meminta vaksin yang merupakan aspek kuratif membuat aspek preventif diabaikan.

“Jadi pemerintah juga tidak fokus pada satu negara dalam memilih vaksin Covid-19,” pungkasnya.

Sebelumnya, pemerintah akan memulai program vaksinasi corona pada November 2020. Sebab, vaksin yang dibeli Indonesia dari beberapa negara akan datang bulan depan, meliputi Cansino, G42 atau Sinopharm, dan Sinovac.

Rinciannya, Cansino menyanggupi 100 ribu vaksin (single dose) pada November 2020, dan sekitar 15-20 juta untuk 2021. Kemudian, Sinopharm menyanggupi 15 juta dosis vaksin (dual dose) tahun ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5 juta dosis mulai datang pada November 2020.

Sementara itu, Sinovac menyanggupi 3 juta dosis vaksin hingga akhir Desember 2020. Sinovac akan mengirim 1,5 juta dosis vaksin (single dose vials) pada minggu pertama November dan 1,5 juta dosis vaksin (single dose vials) lagi pada minggu pertama Desember 2020, ditambah 15 juta dosis vaksin dalam bentuk bulk.

Sedangkan untuk 2021, Cansino mengusahakan penyediaan 20 juta (single dose), Sinopharm 50 juta (dual dose), dan Sinovac 125 juta (dual dose). Single dose artinya satu orang hanya membutuhkan 1 dosis vaksinasi. Sementara, dual dose dibutuhkan dua kali vaksinasi untuk satu orang.(RRI)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Warto'i