Denpasar, Aktual.com — Film ini kerja sama dua negara, Tiongkok dan Indonesia, antara Perusahaan Film Negara (PFN) dan Milenium Oriental Pictures. Bintang-bintangnya dari Tiongkok dan satu dari Korea, yakni Ji-Hwan Kang.

“Setting 100 persen di Bali. Jadi, nilai budaya dan keindahan panorama alam Bali akan diekspos dan sudah tentu menjadi promosi tersendiri bagi pariwisata Indonesia,” kata Direktur Utama Produksi Film Negara (PFN) Shelvy Arifin, di sela-sela acara “press conference” film komedi romantis “Island Dream” yang bertempat di Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali.

Film komedi tersebut, lanjut Shelvy, merupakan kerja sama yang pertama kali dilakukan Indonesia dan Tiongkok.

Tidak menutup kemungkinan, ke depan dilakukan kerja sama lanjutan dengan mengeksplore keindahanan budaya dan alam dua negara. Kali ini sengaja mengambil setting di Bali, mengingat pulau ini sudah lama menjadi destinasi kondang di dunia.

Beberapa lokasi yang digunakan syuting film Island Dream adalah Sanur, Ubud, Serangan, Jimbaran Beach, Balangan, Saba Beach, dan beberapa tempat eksotis lainnya.

Saba Beach belakangan dikenal di kalangan pencinta surfing karena memiliki liuk ombak yang relatif cukup besar. Pantai ini berpasir hitam mengkilat ketika cahaya matahari menerpa pada siang hari dan memiliki sejumlah sisi keunikan. Misalnya, terdapat tebing tinggi sebagai pembatas pantai, di sisi selatan terdapat Pura Sukaluwih, deretan perahu nelayan yang berayun di atas permukaan lautan, sering digunakan sebagai tempat ritual keagamaan serta pantai ini dibelah aliran sungai.

Proses syuting film direncanakan berlangsung selama 40 hari. Selama proses syuting, “talent” lokal–baik artis Bali maupun penduduk setempat-diikutsertakan untuk turut mendukung dan terlibat dalam pembuatan film.

Jika proses produksi berlangsung tanpa hambatan, pada bulan Juli 2016 film ini akan diputar serentak di bioskop-bioskop seluruh Tiongkok. Setelah pemutaran di Tiongkok, baru film Island Dream diputar di Indonesia.

Julius Liu, sutradara Island Dream, menyatakan bahwa film ini dikemas sebagai hiburan komedi romantis yang mengisahkan seorang anak pengusaha dari Tiongkok yang tersesat ketika berada di Bali.

Benang merah cerita yang menggambarkan kegundahan karena tersesat di suatu tempat yang asing, diharapkan menjadi tontonan yang menyegarkan karena diwarnai dengan bumbu komedi.

Bali sengaja dipilih menjadi setting, mengingat pesona pulau ini yang tidak hanya menarik dari sisi pemandangan alamnya, tetapi budayanya pun sangat memukau.

“Bintang-bintang utama film adalah Wang Zhi, Ji-Hwan Kang, Johnny Chi, dan Pan Shuangshuang. Kami semua senang bisa syuting di sini. Saya sudah empat kali datang ke Bali untuk berlibur. Baru kali ini berkunjung untuk urusan pembuatan film. Rasanya menyenangkan bekerja di tempat yang indah,” kata Julius Liu.

Keindahan alam dan budaya, serta konflik yang dipicu kisah tersesat di Pulau Bali inilah yang menjadi untaian kisah Island Dream, yang memadukan unsur ketegangan namun tetap dengan membaurkan sisi komedi di dalamnya. Sebuah film yang sekaligus menjadi perekat rasa antara Tiongkok dan Indonesia.

Menemukan Impian Yang Ghe Ciang, produser Island Dream, bersyukur film ini bisa memulai diproduksi dengan bantuan sejumlah pihak, seperti pemerintah kedua belah pihak, pengusaha, dan sejumlah sahabat. Dukungan ini membuat pihaknya optimistis bahwa proses syuting film berlangsung lancar sesuai dengan rencana.

“Saya sungguh-sungguh optimistis film ini akan sukses karena belakangan ini di Tiongkok jenis film komedi sangat digemari masyarakat. Ada film yang bisa menghasilkan satu miliar yen, atau bahkan 10 miliar yen karena tingginya animo penonton,” ucap Yang Ghe Ciang.

Ia menyatakan, bahwa film ini menyampaikan tentang kisah penemuan impian di Pulau Bali dengan bumbu komedi segar dan mengandung petualangan di berbagai objek wisata serta dibintangi pemain terbaik sehingga akan meraih kesuksesan. Warna budaya Tiongkok dan Indonesia akan membuat film ini lebih dari sekadar tontonan biasa.

Keindahan Pulau Bali, sungguh tak terduga dan mengagumkan. Bali dan Tiongkok memiliki sejarah kisah yang panjang pada masa silam. Sejarah ini yang akan ditautkan kembali melalui film dengan sentuhan kebudayaan Bali yang sudah terkenal di dunia.

“Keindahan bentangan alam dan kebudayaan Bali ini yang dicoba untuk disebarkan melalui film,” ucapnya.

Ia menambahkan bahwa pihaknya mengalokasikan dana sebesar Rp70 miliar untuk pembuatan Island Dream.

Salah seorang bintang pendukung film, Ji-Hwang Kang pun tak henti-henti mengungkapkan kekagumannya melihat kemolekan Pulau Bali. Dia tak berpikir panjang ketika diminta untuk menjadi salah satu pemain Island Dream. Bintang asal Korea ini bahkan menyatakan sama sekali tidak menyesal dengan keputusannya bergabung dalam film ini.

“Alasan lain saya mau bergabung dalam film ini karena sutradaranya sudah terkenal membuat karya-karya yang fantastik. Karyanya selalu luar biasa dan menarik dilihat. Ini yang membuat saya tertarik untuk main di Island Dream. Sesampai di Bali, saya sungguh terkesan melihat segalanya yang indah. Kali ini saya datang untuk main film, lain waktu saya akan kembali ke Bali untuk ‘honey moon’,” kata Ji-Hwang Kang.

Sejarah Bali Kuno Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha memberikan sambutan pada jumpa pers dengan menyebutkan Bali dan Tiongkok memiliki kedekatan sejarah yang panjang pada masa silam, berkaitan dengan sejarah Bali Kuno. Pembuktian sejarah ini bisa dilihat dari sejarah keberadaan pura di Bali, salah satunya adalah Pura Dalem Balingkang di Bangli.

Zaman dahulu, maharaja Sri Haji Jayapangus beristana di Gunung Panarajon memperistri sorang perempuan Tiongkok bernama Kang Cing We. Bangunan suci kerajaan maharaja Sri Haji Jayapangus sekarang benama Pura Dalem Balingkang.

Pernikahan Sri Haji Jayapangus dan Kang Cing Wei inilah yang di kemudian hari melahirkan kesenian tradisional Barong Landung. Sosok barong yang berwujud tinggi besar disimbolkan merupakan Sri Haji Jayapangus, sedang Kang Cing We digambarkan sebagai boneka cantik yang bertubuh tinggi dan langsing yang selalu tersenyum dengan mata menyipit seperti umumnya wanita Tiongkok.

“Selain Barong Landung, penggunaan pis bolong atau uang kepeng dalam berbagai upacara di Bali merupakan bukti lain kedekatan Bali-Tiongkok di masa lalu,” kata Putu Beratha.

Ia melanjutkan bertolak dari runtutan sejarah, keeratan hubungan Bali dan Tiongkok bukanlah terjadi pada baru-baru ini. Pembuatan film Island Dream ini diharapkan makin mendekatkan hubungan yang sudah terjalin sejak dahulu.

“Kami dari Pemerintah Provinsi Bali sangat mengapresiasi kerja sama perfilman ini dan sangat berharap semua berjalan lancar dengan restu Ida Sang Hyang Widhi karena ini juga ajang yang tepat untuk lebih mengenalkan destinasi wisata di Bali,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh: