Nelayan menata ikan tuna untuk pangsa ekspor di Pelabuhan Perikanan Samudera, Lampulo, Banda Aceh, Sabtu (12/3). Sehubungan meningkatnya hasil tangkapan ikan tuna Indonesia, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meminta Regional Fisheries Management Organisations (RFMOs) menaikkan kuota tangkap ikan tuna Indonesia sebesar 500 ribu ton pertahun. ANTARA FOTO/Ampelsa/nz/16

Jakarta, Aktual.com — Ketua Umum Gabungan Pengusaha Perikanan Indonesia (Gappindo) Herwindo menyatakan industri pengolahan ikan di berbagai daerah kekurangan bahan baku hasil perikanan untuk diolah di pabrik.

“Iya betul, (industri pengolahan ikan) kekurangan bahan baku ikan tuna, cakalang,” kata Herwindo di Jakarta, Jumat (10/6).

Menurut dia, sejumlah daerah yang industri pengolahan ikannya kekurangan bahan baku jenis ikan tersebut terutama di Bitung, Sulawesi Utara.

Untuk itu, ujar dia, pemerntah seharusnya dapat mengoptimalkan kapal-kapal di dalam negeri, baik buatan Indonesia maupun luar negeri, yang selama ini tidak boleh beroperasi.

“Kalau takut ikan dibawa keluar negeri, kan ada alat pendeteksi gerakan kapal VMS, dan taruh saja ‘observer’ atau pengawas di dalam kapal,” katanya.

Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa hasil tangkapan ikan bisa audit dengan baik dan benar.

“Kalau saat ini kita impor bahan baku ikan, sama saja ibaratnya ‘anak sendiri kita gebukin, anak orang lain kita manja-manja,” kata Ketum Gappindo.

Sedangkan terkait dengan “cold storage” (fasilitas pendingin) yang belum siap, Herwindo mengemukakan bahwa kapal-kapal pengangkut ikan tersebut memiliki ruang pendingin yang bagus yang bisa dimanfaatkan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengizinkan impor ikan dalam rangka memenuhi kebutuhan industri pengolahan ikan di berbagai daerah yang mengaku kekurangan bahan baku.

Namun, pemberian izin impor tersebut dilakukan hanya kepada produk yang diolah untuk tujuan diekspor kembali sehingga diharapkan ada nilai tambah dan tidak hanya sekadar impor.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka