Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bagaimana proses gempa susulan di NTB terus terjadi. Menurutnya, gempa di Lombok ini adalah siklus 200 tahunan dari patahan Flores.
Titik gempa terkuat berada di Lombok Utara dan Lombok Timur, kemudian muncul titik di Mataram. Dia menjelaskan juga Pulau Lombok berdekatan dengan batu bumi yang patah dan disebut sebagai Sesar Flores.
Bentang patah sesar Flores ini memanjang dari Bali hingga utara Laut Flores. Ketika patah terjadi, energi yang sangat besar akan muncul. Patahan terbesar muncul pada 200 tahun silam dan kali ini pengulangan kembali.
Energi tersebut keluar secara berangsur dengan dua kali energinya memiliki efek merusak di NTB. Daya kekuatan energi itu akan terus berasa setelah titik puncaknya, yang biasa disebut gempa susulan.
Berdasarkan data dari BMKG, titik energi terbesar telah keluar pada Minggu, 5 Agustus 2018, yang menyebabkan getaran hingga 7,0 SR. Setelah kejadian energi besar tersebut, lazim masih menyisakan energi yang kecil, tapi dia menyebut kecil kemungkinan untuk besar kembali.
Titik puncak getaran gempa dan potensi tsunami sudah terlewati. Yang muncul sekarang hanya getaran gempa susulan yang semakin mengecil.
Sejak gempa 7,0 SR, tercatat 355 kali gempa susulan. Dari lebih 300 kali gempa susulan tersebut, gempa yang dirasakan cukup kuat tercatat sebanyak 17 kali.
Hingga Rabu, 8 Agustus 2018, BNPB dan BPBD NTB menyebut korban meninggal 131 orang, ratusan lainnya luka-luka, dan ribuan rumah rusak. Gempa susulan skala kecil akan terus terjadi hingga empat minggu ke depan.
Data terbaru BNPB, korban meninggal akibat gempa bumi di NTB hingga saat ini mencapai 556 jiwa. Sedangkan luka-luka totalnya 7.145 orang. Sementara jumlah pengungsi dari bencana itu mencapai 431.416 jiwa.
“Ini data sejak lima hari lalu,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho ketika dihubungi.
Jumlah rumah rusak mencapai 73.843 unit, kemudian ada 798 fasilitas umum dan sosial yang terdampak gempa bumi Lombok itu. Gempa-gempa yang menyumbang kerugian dan kerusakan itu diawali dengan gempa berkekuatan 7,0 SR pada Minggu (5/8).
BNPB pun memperkirakan kerugian dan kerusakan akibat gempa bumi di NTB hingga saat ini sekitar Rp7,7 triliun. Sutopo menuturkan kerugian dan kerusakan itu mencakup lima sektor yakni permukiman, infrastruktur, ekonomi produktif, sektor sosial dan lintas sektor.
Paling banyak menyumbangkan kerugian dan kerusakan adalah sektor perumahan yang hampir mencapai 65 persen. “Kami masih melakukan perhitungan berapa triliun yang dibutuhkan untuk “recovery”,” ujarnya.
Sampai saat ini pemerintah baru mengucurkan dana sebesar Rp 16,5 milliar untuk tangani gempa di NTB. Sampai saat ini korban jiwa yang meninggal pasca gempa lombok sudah mencapai 556 orang.
Adapun rincian dana yang dikeluarkan adalah sebagai berikut, bantuan logistik tahap satu sebesar Rp 297 juta, tahap dua sebesar Rp 466 Juta, tahap ketiga sebesar Rp 1 miliar, dan bantuan pada tahap ke empat sebesar Rp 944 Juta.
Berikutnya dana santunan untuk ahli waris yang diberikan pada korban meninggal pada tahap satu yang sudah diberikan sudah sebesar Rp 195 Juta, tahap dua sebesar Rp 1,4 miliar, dan pada tahap ketiga sebesar Rp 6,7 miliar.
Adapun paket sembako yang juga sudah diberikan dari pemerintah untuk para korban sudah sebesar Rp 5,2 miliar. Dan beras reguler sebanyak 20 Kg ,dengan total nilai Rp 200 Juta.
Mensos juga sudah bekerjasama dengan Bulog mengenai penyaluran beras pada korban gempa yang sampai saat ini jumlahnya sudah mencapai 300 ton. Adapun korban jiwa yang meninggal sampai saat ini sudah mencapai. Adapun, Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang sudah diturunkan oleh Pemerintah untuk menangani gempa lombok, sudah sebanyak 600 orang.
“Tentunya dari Kemsos memastikan bahwa rakyat yang terkena dampak dari gempa ini bukan hanya, yang ada di penampungan tetapi juga yang dirumah-rumah mereka yang mendirikan tenda, oleh karena itu kami juga sudah membagikan sembako sebanyak 12 ribu paket yang berisi beras, dan kebutuhan pokok untuk keperluan sehari-hari,” ujar Mensos Idrus Marham. Senin (20/8).
Dia juga bilang dalam rapat terbatas dengan jajaran Menteri dan Presiden yang lalu, sudah dipastikan bahwa pemerintah memikirkan tiga hal ,yaitu pertama dalam pemenuhan kebutuhan mendesak rakyat, kedua dalam rangka pemulihan psikologis, dan yang ketiga adalah pemerintah akan membantu rekonstruksi tempat tinggal bagi korban gempa dengan memberikan bantuan mulai dari angka Rp 10 juta-Rp50 juta.
Pemerintah Ogah Naikan Status?