Ada istilah siapa yang menguasai media massa, maka sejatinya dia sudah menguasai dunia. Mungkin, istilah itu tidak lagi dapat digunakan di era perkembangan teknologi yang kian canggihnya berkembang. Iya, kini setiap orang yang memiliki smartphone di genggamannya, maka dia sedang menggenggam dunia. Media sosial, apakah itu dalam bentuk twitter, facebook, instagram, dan system sejenis lainya sudah sangat cepat, terutama dalam menyampaikan suatu informasi.

Tagar #2019Ganti Presiden, misalnya. Direktur Eksekutif Renaissance Political Research and Studies Khikmawanto menilai, akan sangat memberikan pengaruh pada Pemilu 2019 nanti.

“Kalau menurut saya pasti ada pengaruhnya, karena di era moderen ini orang banyak bermain di media sosialnya, pasti akan banyak pengaruhnya pada 2019,” kata Khikmawanto saat dihubungi Aktual.com, di Jakarta, Rabu (25/4).

Masih kata dia, pengaruh itu juga terlihat ketika Presiden Jokowi bereaksi atas gerakan tersebut. Dalam pertemuan presiden dihadapan ribuan para relawannya, di Konvensi Nasional Galangan Kemajuan 2018 di Ballroom Puri Begawan Bogor, Jawa Barat, Sabtu  (7/4) yang sempat menyindir gerakan tagar itu. Presiden ketika itu, menyebutkan mana mungkin melalui baju kaus bisa mengganti presiden di Pemilu 2019 nanti.

Bahkan, hingga terdengar nyiyir apa yang disampaikan presiden bahwa yang berhak mengganti dirinya yang pertama itu adalah rakyat dan kedua Tuhan Yang Maha Esa.

“Reaksi itu kan sebenarnya ketakutan dari timnya presiden sendiri, karena kalau kita melihat ketika Pak Jokowi di 2012 pada saat Pilkada DKI juga memainkan isu di media sosial lebih banyak, ketimbang aksi nyatanya,” papar dia.“

Dan mungkin melihat dampaknya akan lebih besar karena sasarannya bukan golongan dari kaum milenial saja, tetapi hari ini juga orang tua sekalipun sudah banyak menggunakan media sosial, dan hal itu yang membuat tim Jokowi ketar-ketir dan ketakutan.”

Sementara itu, Sekertaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menilai gerakan yang tengah viral itu sebagai bentuk manuver politik bukan aspirasi jelang pemilihan presiden 2019 nanti. Manuver itu, sambung dia, dilakukan oleh lawan politik yang tidak mampu menyaingi elektabilitas kadernya tersebut.

“Saya tidak melihat itu sebagai aspirasi. Saya melihat itu sebagai sebuah manuver-manuver politik karena mereka itu tidak bisa melakukan sesuatu ketika elektabilitas Pak Jokowi yang tinggi,” kata Hasto, di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jakarta Pusat.

Berawal dari (Simbol) Kaus 

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Novrizal Sikumbang