Pemandangan proyek reklamasi Teluk Jakarta, Jakarta, Sabtu (24/12). Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengatakan reklamasi Teluk Jakarta akan tetap dilanjutkan dengan konsep P4 yaitu 'public', 'private','people' dan 'partnership'. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/ama/16

Jakarta, Aktual.com – Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak, menegaskan lembaganya secara tegas menolak rencana pemerintah yang terus memprivatisasi ruang pesisir atau mereklamasi area pantai, baik di Teluk Jakarta maupun Teluk Benoa.

“Kami mendesak pemerintah untuk menghentikan kelanjutan proyek reklamasi Teluk Jakarta dan juga reklamasi Teluk Benoa di Bali. Pemerintah harus berani bersikap dan menghentikan upaya privatisasi ruang pesisir,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu (12/2).

Pihaknya pun menolak upaya kriminalisasi terhadap para aktivis anti reklamasi Teluk Benoa seperti yang menimpa I Gusti Putu Dharmawijaya dan I Made Jonantara dari gerakan ForBali.

Greenpeace menilai, bukannya jadi solusi, reklamasi justru menimbulkan masalah ekologis baru. Misal kasus Teluk Jakarta, terjadi peningkatan drastis kadar polusi air akibat adanya 17 pulau buatan, dimana bakal mengurangi kecepatan arus dan volume air Teluk Jakarta secara signifikan, yang berdampak pula pada kemampuan cuci alami air terhadap berbagai polutan.

Dari seluruh argumen yang dikemukakan pihak pendukung reklamasi Teluk Jakarta, Leonard menganggap tetap tidak ada yang bisa meyakinkan bahwa reklamasi mampu menyelesaikan berbagai persoalan lingkungan di Jakarta.

Persoalan itu diantaranya penurunan (amblasnya) muka tanah, banjir rob, penghisapan air tanah secara masif, pencemaran kronis terhadap sungai-sungai di Jakarta maupun terhadap Teluk Jakarta itu sendiri.

“Pembuatan pulau-pulau reklamasi, yang terutama ditujukan bagi hunian dan kegiatan bisnis kelas menengah atas, diperkirakan akan menyebabkan peminggiran total kepada masyarakat nelayan miskin Teluk Jakarta, dan secara masif akan memperlebar ketimpangan sosial ekonomi di Jakarta,” tandasnya.

Greenpeace Indonesia berpendapat bahwa berbagai persoalan lingkungan Jakarta di atas memerlukan solusi yang komprehensif, dari hulu ke hilir, dari perubahan kebijakan pemerintah yang signifikan sampai perubahan perilaku masyarakat terhadap lingkungannya secara radikal sekaligus pelibatan semua pemangku kepentingan.

“Tidak mungkin semua persoalan tersebut diselesaikan hanya di Teluk Jakarta dengan kombinasi proyek reklamasi dan Giant Sea Wall,” tegas Leonard.

Sikap ini dikeluarkan Greenpeace Indonesia menyusul pernyataan terbuka mantan aktivis mereka, Emmy Hafild, yang mendukung reklamasi Teluk Jakarta. Leonard menegaskan bahwa pernyataan Emmy, yang diketahui merupakan pendukung salah satu Cagub DKI, sama sekali tidak mewakili dan tidak sejalan dengan sikap Greenpeace Indonesia.

 

Laporan: Nelson Nafis

Artikel ini ditulis oleh: