Classroom

Jakarta, Aktual.com – Profesi guru mendominasi dalam jumlah individu yang terlibat dalam pinjaman online (pinjol). Rata-rata, utang para guru tersebut meningkat menjadi puluhan juta rupiah per orang.

CEO & Principal Zapfinance, Prita Hapsari Ghozie menyampaikan bahwa perusahaan tersebut sering menghadapi kasus dimana guru terlibat utang pinjol. Ghozie menyebutkan bahwa utang para guru yang terjerat pinjol rata-rata meningkat menjadi puluhan juta rupiah per individunya.

“Banyak yang teriak ke kami, kok pinjam Rp 5 juta, tiba-tiba jadi Rp 10 juta, atau ada pinjamnya Rp 10 juta tiba tiba jadi Rp 20 juta. Setelah kita pelajari, oh itu ada biaya-biaya tambahan lainnya yang tidak dipahami besarannya,” ujarnya saat media gathering Zapfinance di Diskusi Kopi dan Ruang Berbagai, Jakarta, Kamis (23/11).

Prita juga menyingkap fakta bahwa seringkali banyak guru yang telah terlibat dalam satu pinjol kemudian mengajukan pinjaman ke pinjol lainnya. Dalam beberapa situasi, hal ini menyebabkan satu guru terperangkap dalam utang dari 10 pinjol.

“Ternyata awalnya dia satu pinjol awal, gagal bayar, dia pinjol lagi istilahnya galbay (gagal bayar) tulop (tutup lobang) galop (gali lobang). Akhirnya itu membuat seseorang awalnya satu platform tiba-tiba jadi 10, tiba tiba jadi 15 dan itu nyata terjadi. Kalau dia menghindari, banyak yang maaf mengakhiri diri dan lain sebagainya,” jelasnya.

Menurut Prita, hal ini disebabkan oleh perbedaan situasi keuangan masing-masing individu. Profesi guru melibatkan berbagai konteks, seperti status ASN dan honorer, yang memiliki beragam masalah keuangan, tidak hanya terkait dengan gaji yang kecil.

“Ada cashflow-nya tidak lancar, pembayaran honorer guru terlambat, kebanyakan generasi sandwich, untuk gaya hidup karena tergoda paylater. Atau untuk beli laptop gadget kebutuhan mengajar pada pandemi kemarin, itu mau nggak mau untuk mengajar, banyak dari situ,” ungkapnya.

Dalam konteks tingginya keterlibatan guru dalam pinjaman online (pinjol), Zapfinance merujuk pada data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang mencatat bahwa 42% dari total korban pinjol merupakan para guru.

Berdasarkan data yang disampaikan, berikut 8 kalangan masyarakat paling banyak terjerat pinjol:
1. Guru 42%
2. Korban PHK 21%
3. Ibu Rumah Tangga 18%
4. Karyawan 9%
5. Pedagang 4%
6. Pelajar 3%
7. Tukang pangkas rambut 2%
8. Pengemudi ojek online 1%.

Berdasarkan hasil penelitian No Limit Indonesia tahun 2021, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat terlibat dalam pinjol. Sebanyak 1.433 orang terlibat dalam pinjol untuk melunasi utang, sementara 542 orang terlibat karena situasi ekonomi mereka yang berada di kelas menengah ke bawah.

Selanjutnya, sebanyak 499 orang menggunakan pinjol dengan tujuan untuk mengakses dana lebih cepat. Selain itu, 365 orang mengambil pinjaman untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup, dan 297 orang karena mendapati situasi yang mendesak.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Yunita Wisikaningsih

Tinggalkan Balasan