Mari kita kenali dulu teluk Jakarta karakteristik geografisnya. Pulau-pulau yang terdapat di teluk Jakarta masuk kedalam gugusan kepulauan Seribu. Ada seputuh pulau di perairan teluk Jakarta diantaranya adalah : Pulau Onrust, Pulau Bidadari, Pulau Cipir, Pulau Kelor, Pulau Edam, Pulau Tala, Pulau Monyet, Pulau Air, Pulau Untung Jawa dan Pula Rambut.
Sebelum rencana reklamasi ini mencul, pulau-pulau tersebut ada yang dimanfaatkan sebagai pemukiman, Suaka Satwa, Suaka Purbakala, dan Obyek Wisata.
Bagaimana dengan pulau-pulau lainnya?
Yang menjadi pemukiman penduduk adalah Pulau Untung Jawa. Adapun yang dijadikan obyek pelestarian Arkeologi atau suaka purbakala adalah Pulau Onrust. Sedangkan Pulau Edam, Pulau Ciipir dan Pulau Bidadari menjadi tempat penyimpanan peninggalan sejarah masa lalu seperti bekas reruntuhan benteng VOC Belanda.
Pulau Rambut jadi tempat pelestarian satwa burung. Yang menjadi obyek bagi para wisatawan yang dilengkapi fasilitas penginapan adalah Pulau Pulau Bidadari dan Pulau Air.
Bagaimana dengan daerah pesisir? Pada pesisir Jakarta yang membentang dari Marunda di sebelah timur hingga Kamal muara di sebelah barat terdapat beberapa muara sungai dan kanal di antaranya adalah singai/kali/kanal yang bermuara di teluk Jakarta antara lain:
Muara blencong di Marunda
Muara cakung di Cilincing atau disebut juga Muara Cilandak
Muara banglio di Cilincing atau disebut juga Muara Cilincing
Muara kresek di Lagua
Muara anak kali ciliwung pasar ikan, Muara kali Jelakeng di Muara karang
Muara angke
Myara kapuk Cengkareng dirainage
Muara Kamal
Sekian saja soal karakteristik geografis Teluk Jakarta yang berbasis pulau.
Sekarang soal Pelabuhan. Tentu saja yang paling bersejarah adalah Pelabuhan Sunda Kelapa. Dulunya bernama Pelabuhan Kelapa di bawah kekuasaan kerajaan Sunda pada awal abad ke-16.
Kemudian berubah menjadi pelabuhan Jayakarta setelah Fatahillah berhasil merebut Jayakarta dari tangan Portugis. Dari riwayat kesejarahan ini saja, mengandung kisah sejarah kepahlawanan nenek moyang dan leluhur bangsa kita sangat tergambar dengan jelas.
Bayangkan, jika epos kepahlawanan Fatahilah dalam menaklukkan Jayakarta dari tangan Portugis, akan hilang dari ingatan generasi muda. Hanya gara-gara ambisi ekonomi segelintir elit politik dan penguasa lokal.
Bagaimana ketika VOC Belanda mmenguasai Jayakarta pada 1619? Nama pelabuhan itu kemudian berubah menjadi pelabuhan Batavia. Ketika Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, 15 tahun kemudian, tepatnya pada 1960 diberi nama Sunda Kelapa. Aktivitas utama pelabuhan Sunda Kelapa sejak itu adalah, bongkar muat. Bahkan sejak 1990, ditetapkan sebagai pelabuhan tradisional yang mengacu kepada upaya pelestarian kegiatan khususnya kegiatan bongkar muat kayu.
Pelabuhan Sunda Kelapa ini ditelisik dari sejarahnya, memang bersenyawa dengan keberadaan kota Jakarta seperti kita kenal sekarang. Sebab tanpa Sunda Kelapa masyarakat kita sekarang tak mungkin terjembatani ingatan sejarahnya pada asal-usul kota Jakarta, yang dulunya bernama Jayakarta.
Antara abad 14 hingga 16, pelabuhan Sunda Kelapa yang luasnya hanya beberapa kilometer persegi saja dan terletak di sungai Ciliwung, berkembang menjadi bandar pelabuhan yang ramai. Dan banyak didatangi para pedagang dari Sumatera, Makasar, Kalimantan dan Maluku. Bahkan disinggahi juga oleh kapal-kapal asing dari negara-negara tetangga di kawasan Asia.
Di sinilah awal mula Portugis, negara Eropa yang waktu itu sangat ambisius untuk menjajah berbagai negara di Asia, kemudian mengincar Sunda Kelapa. Bahkan berani-beraninya membangun benteng di Sunda Kelapa.
Untunglah Fatahillah, berhasil mencium gelagat buruk adanya niatan Portugis itu. Sehingga kemudian menggalang persekutuan militer dari dua kerajaan Muslim Nusantara yaitu Cirebon-Banten. Sehingga armada Portugis berhasil dihadang dan kembali ke Malaka.
Inilah aspek sejarah yang amat penting bagi kita warga Jakata sekarang. Bahwa kemenangan Fatahillah merebut kembali Sunda Kelapa, menjadi Jayakarta pada 22 Juni 1527. Yang sekarang menjadi hari lahir kota Jakarta.
Nama Jayakarta diberikan oleh Fatahillah diilhami Al Quran surat Al Fath ayat 1 yang berbunyi : Sesungguhnya kami telah memberikan kemenangan kepadamu, kemenangan yang tegas.
Begitulah. Kemenangan yang tegas dan sempurna itu dialih bahasakan menjadi Jayakarta. Kota kemenangan.
Tim Riset Aktual