Jakarta, Aktual.com — Selama ini pembantu rumah tangga (PRT) kerap menjadi kelompok masyarakat yang terpinggirkan. Terkadang mereka juga mengalami perlakuan kekerasan baik fisik berupa pemukulan, bekerja melebihi batas waktu normal, tidak dibayarkan gajinya sesuai perjanjian, dan mengalami kekerasan seksual baik psikis hingga non psikis. Berupa ancaman, makian atau dikurung paksa oleh majikannya.

“Dibalik keprihatinannya, PRT sendiri sering kali tidak sadar akan hak-haknya. Mereka umumnya hanya mengetahui bekerja dan bekerja. Dan, tahu kapan waktunya dia menerima gaji. Kenyataan inilah yang tidak jarang dipandang sebagai salah satu penyebab seringnya terjadi kekerasan pada mereka,” kata Ustad Muhamad Ikrom kepada Aktual.com, Senin (21/03), di Jakarta.

Yang harus menjadi catatan yaitu, Rasulullah SAW telah menjelaskan hal ini, yang mana budak bisa dimiliki oleh seseorang dengan tiga cara.

Pertama, budak berasal dari tawanan perang (dari musuh kaum Muslimin yaitu orang-orang kafir, red). Rasulullah SAW sendiri telah menjadikan para wanita Bani Quroizhoh dan keturunannya sebagai budak.

Perbudakan para tawanan merupakan sikap Islam terhadap sikap congkak orang-orang kafir yang enggan beribadah kepada Allah SWT mereka dijadikan budak di dunia.

Kedua, budak berasal dari kandungan budak wanita (anaknya). Anak tersebut adalah hasil hubungan budak wanita dengan selain tuannya, apakah dengan orang yang merdeka atau sama-sama budak. Karena anak ini adalah hasil dari ibunya yang berstatus budak, maka anak ini masih menjadi milik tuannya.

Ketiga, budak diperoleh dengan cara membeli dari tuan pemiliknya dengan cara yang sah. Bisa pula dengan jalan melalui hadiah, wasiat, sedekah, warisan dan cara lainnya yang masih dianggap sah dalam pemindahan hak miliknya.

“Para Ulama fiqih mengatakan bahwa hukum asal manusia adalah merdeka dan bukan budak atau hamba sahaya. Sedangkan jika kita lihat dengan baik PRT bukan berasal dari 3 cara di atas. Jadi, PRT adalah manusia merdeka yang memberikan jasa tenaga dalam pekerjaan rumah tangga sehari-hari. PRT mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi seperti layaknya manusia merdeka lainnya dan PRT tidak boleh diperlakukan seperti seorang budak,” terang Ustad Ikrom

Sebenarnya, lanjut Ustad Ikrom, Islam memberikan tempat yang mulia bagi profesi PRT. Hal ini dimungkinkan karena dua hal.

Pertama, kedudukan kerja di dalam Islam.

Dalam hal ini Islam memberikan penghargaan yang tinggi bagi orang yang mau bekerja dalam rangka mencari rezeki. Jadi apapun jenis pekerjaannya, Islam menghargai hal itu. Allah SWT berfirman,
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya, “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”(Al-Jumu’ah : 10)

Ayat tersebut menegaskan perintah bagi setiap Muslim untuk mencari rezeki Allah SWT di muka Bumi ini. Muslim tidak dibenarkan sibuk dengan ibadahnya, sementara melupakan kewajibannya kepada dunia dalam mencari anugerah Allah SWT.

Allah SWT bahkan memberikan penghargaan yang tinggi bagi mereka yang berusaha mencari kerja. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Tidaklah seorang di antara kamu makan suatu makanan lebih baik daripada memakan dari hasil keringatnya sendiri.”(HR. Baihaqi)

Kedua, kedudukan profesi PRT yang memberikan banyak manfaat bagi orang lain.

Mereka melayani, membantu, dan memberikan segala kemudahan bagi setiap majikannya. Keberadaan mereka memiliki posisi yang sangat penting dalam kaitannya meringankan segala kesulitan muslim lainnya. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.”(HR. Bukhari dan Muslim)

“Meski di dalam Hadis tersebut tidak secara khusus menunjuk pada profesi tertentu, akan tetapi indikatornya secara tidak langsung mengarah kepada setiap laku individu dalam memberikan manfaat bagi orang lain. PRT adalah profesi yang banyak memberikan manfaat. Dengan begitu, PRT bukanlah profesi yang hina, karena memiliki peran penting dalam membantu meringankan beban orang lain,” katanya lagi menutup pembicaraan. Bersambung….

Artikel ini ditulis oleh: