Menurut Kiai Wahfi, kompetensi yang dibutuhkan bukan hanya bisa baca kitab. Sebab menurutnya, bisa baca kitab bisa itu bagus, tapi jika tidak mampu menelaah, tidak mampu berpikir sistematis dan konseptual. Maka tidak akan banyak berdampak.
Sebab, apa yang dibaca tidak bisa dikonsepkan, tidak juga bisa menjadi inspirasi. Hanya sibuk membaca saja. Semestinya apa yang dibaca itu bisa menjadi inspirasi, dan dengan telaah pikiran yang kritis, dikembangkan menjadi konsep-konsep yang bisa untuk menyelesaikan problematika masyarakat.
JATMAN menurutnya juga mesti membuat program-program yang SMART yakni Specific (spesifik), Measurable (terukur), Achievable (terjangkau), Result Oriented (orientasi hasil) Timely (sesuai waktu). Tidak sekedar program atau kegiatan yang tidak jelas arah, ukuran dan targetnya.
“Sebagai organisasi keagamaan, kalau JATMAN tidak memberikan sumbangan dan karya yang menyelesaikan problem masyarakat, maka cepat atau lambat JATMAN akan ditinggalkan,” pungkas Kiai kelahiran Betawi tersebut.
Acara bertempat di Zawiyah Arraudhah, Tebet Barat VIII No. 50 Jakarta Selatan dihadiri oleh para pengurus JATMAN DKI Jakarta dan para pengamal tarekat. Hadir pula Syaikh Husein Assyadzily Addarqawi.
Artikel ini ditulis oleh: