Pemilik Saham Twitter Elon Musk

Gaza, aktual.com – Hamas mengundang Elon Musk untuk berkunjung ke Gaza secara tiba-tiba setelah Musk melakukan kunjungan ke Israel dan bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Petinggi senior Hamas, Osama Hamdan menyatakan bahwa undangan tersebut diberikan dengan tujuan agar Musk dapat melihat secara langsung dampak serangan Israel di wilayah Palestina.

“Kami mengundangnya untuk mengunjungi Gaza untuk melihat sejauh mana pembantaian dan penghancuran yang dilakukan terhadap warga Gaza, sesuai dengan standar objektivitas dan kredibilitas,” kata Hamdan dalam konferensi pers di Beirut, seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (29/11).

Musk mengunjungi Kfar Aza pada hari Senin lalu, sebuah kibbutz yang berjarak 3 km dari perbatasan Gaza, di mana 50 orang menjadi korban serangan dari pihak Hamas. Dalam kunjungannya, Musk didampingi oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Kunjungan tersebut terjadi tidak lama setelah Musk mendapat kritik karena mendukung cuitan antisemit yang mengandung teori konspirasi, menuduh komunitas Yahudi mendorong kebencian terhadap orang kulit putih.

Meskipun cuitan tersebut tidak dibahas selama kunjungan Musk ke Kfar Aza, pengusaha media sosial itu justru menyampaikan komentar yang sejalan dengan pernyataan Netanyahu, yaitu bahwa satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian adalah dengan menghancurkan Hamas.

“Mereka yang berniat membunuh harus dinetralisir,” kata Musk.

“Propaganda yang melatih orang-orang untuk menjadi pembunuh di masa depan harus dihentikan. Dan kemudian, membuat Gaza menjadi sejahtera. Dan jika itu terwujud, saya pikir itu akan menjadi masa depan yang baik,” sambungnya.

Musk melakukan kunjungan ke Israel pada hari terakhir periode gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Gencatan senjata selama empat hari tersebut dilaksanakan untuk memungkinkan pembebasan tawanan oleh Hamas dan pembebasan tahanan Palestina oleh Israel dari penjara mereka.

Selama kunjungan Musk, pemerintah Israel juga memberikan izin untuk beroperasinya layanan internet satelit Starlink di wilayah Israel dan Jalur Gaza. Namun, operasionalnya tetap harus mendapatkan persetujuan dari Kementerian Komunikasi Israel.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Rizky Zulkarnain