Ilustrasi

Jakarta, Aktual.com– Hammad bin Abdullah atau yang lebih dikenal dengan Abu al-Khair al-Aqta’ seorang sufi yang masyhur, beliau berasal dari Maghrib dan bermukim di kampung Tinat yang berada di kawasan Syam.

Al-Aqta’ sendiri memiliki arti terpotong yaitu karena salah satu tangan dari beliau terpotong. Terkait hal ini, terdapat sebuah kisah yang menarik tentang julukannya tersebut. berikut kisahnya,

Suatu ketika, Abu al-Khair al-Aqta’ bersama jama’ahnya sedang berjalan di sekitaran gunung Lubnan. Tiba-tiba ada seseorang yang lari tergesa-gesa sambil memberikan kepingan dinar kepadanya dan jamaahnya masing-masing satu dinar. Namun, setelah Abu al-khair mendapat kepingan dinar itu, ia lantas membuangnya di hadapan jamaahnya.

Setelah turun dari gunung dan sampai di sebuah kota beliau langsung mengambil sebuah al-Quran akan tetapi ia lupa kalau belum berwudhu’. Ketika sampai di sebuah pasar, ia dan jamaahnya bertemu komplotan perampok yang dikejar oleh beberapa orang. Komplotan perampok tersebut melewati Abu al-Khair al-Aqta’ dan jamaahnya, akan tetapi orang-orang yang mengejarnya mengira bahwa beliau sebagai kompolotan perampok tersebut.

Ia langsung dihentikan oleh mereka dan tidak disangka Abu al-Khair al-Aqta’ justru mengaku sebagai pimpinan dari komplotan perampok tersebut.

“Aku adalah pemimpin dari komplotan perampok,” katanya.

“Bawa aku, tetapi jangan bawa sahabat-sahabat aku lalu hukumlah diriku,” lanjut beliau.

Abu al-Khair al-Aqta’ pun dibawa ke pengadilan, semua orang tidak ada yang tau bahwa beliaulah sufi yang masyhur itu dan juga bukan beliau yang melakukan perampokan. Orang-orang bertanya kepadanya,

“Siapa namamu?” tanya orang-orang kepadanya.

“Aku adalah Abu al-Khair al-Aqta’,” jawab beliau.

Hakim yang memberikan hukuman kepadanya kaget mendengar hal itu. Lalu, tak panjang lebar hakim tersebut langsung meminta maaf kepadanya. Beliau justru menjawab,

“Tidak apa, tanganku ini sudah pantas dipotong karena ini telah berkhianat. Kemarin aku telah menyentuh sesuatu yang kotor dan aku juga menyentuh mushaf sedangkan aku tidak berwudhu’,” jawab Abu al-Khair al-Aqta’.

Waallahu a’lam

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arie Saputra