Bunga Pala

Kendari, Aktual.com – Harga bunga pala (fuly) di pusat penjualan hasil perkebunan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), selama sepekan terakhir ini mencapai puncak tertinggi sepanjang 2024 yakni Rp225.000 per kilogram (kg).

Keterangan dari petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra, Adnan Jaya, di Kendari, Selasa (19/3) kenaikan harga bunga pala sebesar itu sebagai dampak dari tingginya permintaan pasar terhadap salah satu kebutuhan bumbu masakan baik di tanah air maupun di beberapa negara.

“Yang pasti bahwa harga sebesar Rp225.000 per kilogram itu merupakan tertinggi sepanjang setahun terakhir. Kalau pada sebelumnya hanya berkisar pada Rp200.000 hingga Rp190.000 per kilogram, ” kata Adnan Jaya petugas PIP Disbun Sultra.

Ia mengatakan, tingginya permintaan pasar terhadap bunga pala itu datang dari sejumlah daerah di Pulau Jawa dan di luar Jawa seperti Bali dan Nusa Tenggara, yang pedagang antarpulau itu langsung membeli di tingkat petani produsen.

Menurut Adnan, pedagang mengaku bila membeli langsung di tingkat petani masih bisa diperoleh dengan harga di bawa Rp200.000 per kilogram, sementara bila sudah diperoleh Dari pedagang antardaerah sudah mencapai Rp220.000 atau lebih per kilogram.

Sementara harga pala kulit mencapai Rp50.000, pala kupas Rp70.000 atau naik sekitar 10-12 persen dibanding sebelumnya yang berkisar masing-masing antara Rp35.000 hingga Rp60.000 per kilogram pada tingkat petani produsen dan pedagang antar daerah.

Ia mengatakan, naiknya harga pala tersebut disambut gembira petani khususnya dari Kabupaten Konawe Kepulauan, Kolaka Timur dan Konawe yang kini memiliki areal tanaman pala yang rata-rata sudah berproduksi meskipun dalam jumlah kecil.

Salah seorang petani pala di Konawe kepulauan, Udin (40), mengatakan naiknya harga bunga pala di pasaran sudah menjadi hal biasa dimana bila permintaan pasar tinggi yang tidak diimbangi dengan bertambahnya produksi maka otomatis pasti harga naik.

“Sebagai petani tentu berharap kenaikan harga bunga pala ini bisa bertahan hingga seterusnya,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arie Saputra

Tinggalkan Balasan