Pedagang membereskan daging di pasar Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (15/10). Kementerian Perdagangan (Kemdag) lamban memberi Surat Persetujuan Impor (SPI) kepada 39 perusahaan penggemukan sapi (feedloter). Hal ini berpeluang menyebabkan krisis harga daging sapi akibat minimnya pasokan sapi pada akhir tahun ini hingga awal tahun depan. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mempertanyakan realisasi janji Presiden Joko Widodo yang akan menjadikan harga daging sapi relatif murah yakni Rp80.000 per kilogram.

“Harga daging sapi belum bisa turun, padahal Pak Jokowi berjanji menjadikan harga daging sapi harus mencapai Rp80.000 per kilogram (kg),” kata Tulus Abadi dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PT Dharma Lautan Utama 2017, di Kawasan Wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, NTB, Sabtu (21/1).

Menurutnya, harga daging sapi saat ini masih di kisaran Rp120.000/kg. Harga tersebut masih jauh dari janji Presiden Jokowi sebesar Rp80.000/kg. Tingginya harga daging sapi ini terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Bukan hanya disebabkan kapal ternak yang belum optimal, tetapi diduga ada permainan kartel dan monopoli oleh pemain besar dalam komoditas pangan.

“Kartel harus dibongkar terutama oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Itu sudah lama terjadi, bukan hanya kartel daging sapi, tapi cabai dan kebutuhan pokok lainnya,” ucap Tulus.

Anggota satuan tugas (Satgas) khusus operasi pemberantasan pungutan liar Kementerian Perhubungan (Kemenhub) itu menginginkan praktik kartel diberantas karena melanggar Undang-Undang Antimonopoli.

“Bisa jadi praktik kartel komoditas pangan melibatkan oknum pejabat, sehingga sulit untuk diberantas,” katanya. (Ant)

Artikel ini ditulis oleh: