Sejumlah anak melukis di badan Bus Transjakarta di Balaikota, Jakarta, Jumat (20/4). Transjakarta menyediakan satu bus besar untuk dilukis secara langsung oleh anak-anak berkebutuhan khusus. Hal ini menyambut peringatan hari kelahiran pahlawan nasional RA. Kartini pada 21 April 2018. Tema lukisan yang diangkat adalah 'Ibuku Perempuan Tangguh. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Peringatan Hari Ibu yang tiap tahunnya jatuh pada 22 Desember selalu mendapat sambutan ramai oleh masyarakat setiap tahunnya. Berbagai pihak mengungkapkan ekspresi kecintaannya pada sang ibunda.

Namun, banyak yang salah kaprah dalam memahami Hari Ibu. Peringatan ini, sejatinya bukanlah penghormatan kepada ibu kita, melainkan bermakna perjuangan mengangkat martabat kaum perempuan di Indonesia.

Demikian diungkapkan oleh mantan Kepala BP Batam, Mustofa Widjaja. “Hari ibu jangan hanya kita pahami sebagai penghormatan kepada ibu kandung. Sebab lebih dari itu, ia lahir dari gerakan perempuan Indonesia yang memperjuangkan kesetaraan dan hak-hak perempuan,” ujar Mustofa saat dihubungi wartawan, Sabtu (22/12).

Calon legislatif (Caleg) DPD RI dari Kepulauan Riau ini mengisahkan, Kongres Perempuan Indonesia I yang terlaksana tanggal 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, turut mempengaruhi nasib kaum hawa dalam perjalanan bangsa sesudah itu.

Perempuan yang tertindas di zaman penjajahan kemudian bangkit menuntut nasib yang lebih baik.