Kehidupan warga di kolong jembatan tol Kamal, Jakarta Barat, Rabu (27/12/2017). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan angka kemiskinan di Indonesia terus menurun dari tahun ke tahun, namun penurunan berjalan ini lambat. BPS per Maret 2017 kemiskinan Indonesia tercata 10,64%. Secara absolut masih sekitar 27,7 juta jiwa. data BPS 2010 ke 2017 memang relatif lambat ya, padahal sudah puluhan triliun dikeluarkan untuk pengentasan kemiskinan. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Bulan Mei bagi bangsa Indonesia merupakan bulan yang bersejarah karena ada beberapa momentum sejarah, yakni hari pendidikan nasional (Hardiknas), hari kebangkitan nasional (Harkitnas) dan peringatan reformasi.

Namun memasuki ‘bulan sakti’ pada 2018, berbagai serangan teror terus datang bertubi-tubi. Aksi yang didahului oleh kerusuhan di Markas Komando Brigade Mobil (Mako Brimob) di Depok, Jawa Barat, 8 Mei lalu, aksi terorisme seakan menjadi tren dadakan.

Tak pelak, hal ini membuat perhatian masyarakat tersedot kepada aksi teror dan penanggulangannya.

Perayaan Hari Kebangkitan Nasional pun seakan menjadi momentum bagi masyarakat untuk bangkit melawan terorisme. Meskipun tidak secara langsung, beberapa tokoh telah menyampaikan pesan agar Indonesia kembali bangkit setelah terpuruk dalam aksi teror yang belakangan muncul dan hilang secara mendadak.

Aksi teror yang serba dadakan ini memang sangat mengejutkan masyarakat. Bagaimana tidak, siapa yang tidak kaget mendengar narapidana teroris ‘beraksi’ di markas pasukan elite korps bhayangkara? Belum hilang rasa kaget itu, kemudian muncul aksi teror yang mengebom sejumlah gereja di surabaya.

Namun benarkah kita harus bangkit untuk melawan aksi teror saja?

Anggota DPR RI asal Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera beranggapan jika Indonesia merupakan bangsa besar yang tidak akan dibuat kecil oleh aksi terorisme saja.

“Tiap 20 Mei kita peringati Kebangkitan Nasional, teroris tidak dapat mengecilkan dan mengerdilkan Indonesia,” katanya kepada Aktual.

Menurut Mardani, semua elemen bangsa hanya perlu cerdas dan dewasa dalam menghadapi aksi terorisme. “Bukannya panik dan tidak dewasa,” ujar penggagas #2019GantiPresiden ini.

Dalam kesempatan yang lain, Kementerian Komunikasi dan Informatika misalnya, menggunakan momentum peringatan 110 tahun Harkitnas dengan mengajak masyarakat untuk melawan konten negatif dan penggunaan aplikasi buatan dalam negeri.

“Jaman dulu (memaknai Kebangkitan Nasional) bisa dalam bentuk rapat, angkat senjata. Hari ini, Kebangkitan Nasional kita maknai sebagai bangkitnya Bangsa Indonesia, bangkitnya anak-anak muda memerangi hoaks, hate speech, konten negatif yang menghasut mengadu domba,” kata Menkominfo Rudiantara di Jakarta, 13 Mei 2018 lalu.

Kontekstual yang dikatakan oleh Rudiantara tentu menjadi pesan yang diartikan sebagai adanya variasi problematika di tanah air. Jika dikaitkan dengan Harkitnas, problematika atau masalah-masalah ini tentunya adalah akar masalah yang harus dituntaskan dan dibenahi.

Dalam beberapa kali edisi Special Report, Aktual telah sedikit memaparkan berbagai masalah yang dihadapi bangsa Indonesia pada hari ini. Dalam bidang ekonomi, masalah menumpuknya hutang dan fundamental ekonomi yang belum kuat misalnya, menjadi masalah tersendiri. Hal ini belum ditambah dengan masalah Tenaga Kerja Asing (TKA), pengangguran dan seabrek masalah lainnya.

Sambung ke halaman berikutnya

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan