Dalam kesempatan lain, Direktur Humanika, Andrianto menekankan peringatan Harkitnas kepada aspek persatuan dan kesatuan. Menurutnya masalah persatuan dan kesatuan masih merupakan permasalahan serius dalam Indonesia hari ini.
Hal ini dikatakan Andrianto sebagai hal yang ironis lantaran 110 tahun peringatan Harkitnas dan setelah 72 tahun merdeka, isu kedaerahan atau hal-hal bersifat suku, agama, ras dan antargolongan (SARA), masih kerap mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia.
Padahal masalah kepribadian bangsa, dipandangnya bukan hal baru lantaran kepribadian nusantara sudah terbentuk sejak era Majapahit.
“Kalau hari ini masih terpolarisasi, berarti ada yang enggak beres dengan hal ini,” tegas Andrianto.
Menurutnya hal-hal yang bersifat ekonomi seperti kecemburuan sosial dan ketimpangan merupakan bibit-bibit yang dapat mengakibatkan perpecahan bangsa jika dipertemukan dengan masalah kedaerahan atau SARA.
“Jangan sampai faktor ekonomi jadi bibit perpecahan bangsa. Pada akhirnya momentum kebangkitan ini harus jadi kebangkitan ekonomi rakyat,” jelasnya.
Namun demikian, senada dengan Ferry, Andrianto juga menekankan adanya kesadaran dari semua elemen bangsa terhadap keterpurukan yang dialami untuk membangkitkan ekonomi rakyat.
“Kita harus aware gitu lho, harus sadar,” tuturnya.
Momentum Ramadhan
Ketika ditanyai tentang kaitan kebangkitan dan bulan ramadhan, Andrianto dengan penuh antusias memaparkan hubungan antara keduanya.
Menurutnya, Ramadhan merupakan bulan suci penuh rahmat dan nikmat yang menjadi momentum kebangkitan bagi umat Islam. Beberapa momentum sejarah tersebut adalah pembebasan Mekkah dari berhala dan turunnya ayat suci Al Qur’an.
Selain itu, Ramadhan juga menjadi saksi bisu terjadinya berbagai perang seperti Perang Badar dan Perang Tabuk. Keduanya merupakan perang bersejarah lantaran menjadi kemenangan pertama umat Islam dalam melawan kaum Quraisy (perang badar) dan perang terakhir yang diikuti oleh Rasulullah SAW (perang tabuk).
Di Indonesia sendiri, menurut Andrianto, terdapat peristiwa proklamasi yang menjadi deklarasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945, yang terlaksana pada saat bulan Ramadhan.
Dengan demikian, lanjutnya, Ramadhan kali ini dapat dijadikan momentum untuk bangkit dari segala keterpurukan yang dialami oleh bangsa Indonesia,
“Artinya, dapat dikatakan bahwa dari segi kultural dan historis, bulan Ramadhan ini sudah dijadikan sumber inspirasi, sumber untuk bangkit dan jaya,” tutup Andrianto.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan