Rantai distribusi panjang, petani bawang merugi. (ilustrasi/aktual.com - foto/antara)

Malang, Aktual.com – Program swasembada bawang putih Dirjen Hortikultura, Kementerian Pertanian sejak tahun 2017 terancam gagal. Itu disebabkan karena para petani mengalami kerugian setiap kali panen.

Seperti yang dirasakan Imam, petani bawang putih dari Batu, Kabupaten Malang. Ia menceritakan mulai nanam bawang putih bersama kelompoknya sejak 2018-2019. Saat itu permintaan bibit bawang putih cukup tinggi dari perusahaan karena adanya wajib tanam importir.

“Jadi kami kerjasama dengan importir, dan ada juga petani yang nanam sendiri. Jadi petani banyak yang tanam bawang putih proyeksinya untuk pengadaan benih,” ungkap Imam kepada wartawan, Jumat (12/3).

Selanjutnya, kata Imam, untuk tahun ini kerjasama dengan importir sudah tidak ada. Jadi hasil panen petani tidak terserap sama sekali sehingga menyebabkan rugi besar. Padahal biaya tanam yang dikeluarkan cukub besar, sekitar 100-120 juta per hektar dan dapat menghasilkan sekitar 8 ton per hektar.

“Hancur mas, kalau kemaren harganya bisa laku di atas 20-25 ribu rupiah per kilogram, sekarang ini harga bawang putih kering hanya 10.000-11.000 rupiah per kilogram,” ungkapnya.

Imam mengatakan, karena harga murah, petani menahan tidak untuk dijual, akhirnya banyak bibit yang busuk dan kadaluarsa sehingga sudah mulai dibuang karena tidak laku.

“Sebagian terpaksa dilepas dengan harga murah dan tidak balik modal,” katanya.

Sementara, pedagang pasar induk Kramatjati, haji Khoirul, yang sudah puluhan tahun menjual bawang putih mengatakan justru tidak ada bawang putih lokal dijual di pasar. Pernah ada datang tahun lalu, setelah itu tidak muncul lagi.

Dirinya justru merasa heran karena tidak ada yang nawarin bawang putih lokal kepadanya sampai hari ini. “Kemana bawang putih lokalnya ya?,” ujarnya.

Kegagalan program swasembada Bawang Putih lokal tersebut terjadi juga pada tahun 2020, sebelumnya Petani bawang putih varietas lokal di Jawa Tengah kesulitan menjual hasil panennya di pasar.

Kelompok Tani Rejeki Makmur Desa Segoro Gunung, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Di lereng Gunung Lawu, tahun 2020 lalu menanam di atas lahan seluas 60 hektare. Mereka kapok karena tidak ada pembeli yang datang untuk menyerap hasil panen tersebut.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu